USIA SATU SAMPAI DENGAN EMPAT TAHUN
A. Perkembangan
Sesudah Tahun Pertama
Delapan tanda esensial perkembangan anak akhir tahun
pertama dan awal 4 tahun.
1. Awal
periode anak bisa duduk, berdiri dan berjalan dengan bantuan. Usia 4 tahun
dapat meloncat, memanjat, merangkak di bawah meja dan kursi, melakukan gerakan
kasar dan halus dengan tangan, kaki, dan jarinya.
2. Usia
4 tahun tangan dan mata berkoordinasi baik, berorientasi dalam situasi yang
tidak asing. Tangan anak alat untuk bereksplorasi keliling melalui manipulasi
benda.
3. Anak
4 tahun dapat berbahasa secara aktif.
4. Akhir
pe riode tahu pengertian benda menurut warna dan bentuk, membedakan suara keras
dan lembut, tahu nama benda dan menanyakan yang belum diketahui.
5. Usia
4 tahun mengerti ruang dan waktu. Mampu menguasai tugas-tugas yang ada.
6. Pengertian
norma pada usia 4 tahun sudah ada.
7. Kebutuhan
untuk berbuat sesuatu makin lama makin ditentukan secara kognitif.
8. Anak
tidak hanya ingin bersama orang dewasa, tapi bergaul secara aktif dengan
mereka. Akhir periode mampu bermain bersama anak sebaya dan memperhatikan
aturan yang ada.
Permanensi Objek dan Konstansi Besar dan Bentuk
Kemampuan elementer bayi minggu
pertama, mengamati realitas secara akurat adalah konstansi besar dan bentuk.
Objek sama besar, pengertiannya konstansi besar. Penting bagi anak tetek, tidak
perlu mengkonstruksi gambaran objek yang sama dilihat dari jarak dan sudut yang
berbeda.
Hal yang nampak sama tapi tidak
boleh dikacaukan konstansi besar dan bentuk, yaitu permanensi objek. Kecakapan
psikis suatu objek tetap ada meski tidak nampak dan tidak bersangkutan dengan
aktivitas waktu itu. Piaget mengemukakan permanensi objek terjadi pada sub
stadium ke 4 (8-12 bulan) periode sensori-motorik. Tapi belum sempurna. Sub
stadium ke 5 (12-18 bulan) objek tidak hanya sebagai hal yang ada, melainkan
benda unik dan berdiri sendiri.
B. Perkembangan
Fisik dan Psikomotorik
Umur kerangka (skelet) dilihat dari
pergeseran tulang tangan anak. Tahun ke 5 mulai disebut “Gestaltwandel”
pertama. Anak mempunyai kepala relatif besar dan anggota badan pendek mulai
mempunyai proporsi badan seimbang. Gestaltwandel kedua mulai umur 10 tahun,
ketika mulai pubertas atau perkembangan seksualitas. Usia 3 tahun otomatis
dapat berjalan. 4 tahun hampir berjalan seperti orang dewasa. Tapi belum dapat
menyandarkan berat badannya pada satu kaki. Perkembangan mekanisme keseimbangan
untuk berjalan tegak.
Bila anak dapat berjalan ia akan
mencoba berbagai variasi. Usia 2 atau 3 tahun dapat lari, tapi belum mampu
berhenti dengan cepat atau membalik. Usia 4-5 tahun dapat berhenti dan
berbalik. 5 atau 6 tahun dapat berlari seperti orang dewasa dan menggunakan
kemampuan dalam aktivitas bermain. 18 atau 20 bulan dapat memanjat tangga
dengan bantuan. Usia 6 tahun menjadi pemanjat yang baik. Usia 2 atau 3 tahun
anak belajar meloncat, berjingkat, dan variasi berjalan. 29 bulan dapat berdiri
di atas sebelah kaki. Usia 3 tahun sukar menangkap bola atau memukul bola
dengan tongkat. Usia 4 tahun belajar berbagai macam koordinasi visio motorik.
Aktivitas sonco-motorik diintegrasi menjadi aktivitas yang dikoordinasi. Tahun
ke 4 pola lokomotorik dapat dikuasai.
Perkembangan persepsual dipengaruhi
faktor keliling, yang terjadi adalah perkembangan pengamatan bentuk. Usia 5
atau 6 tahun anak dapat melihat benda secara khusus. Kern berpendapat anak
tidak dapat melihat terperinci, dianggap tidak mampu membeda-bedakan, sehingga
tidak mampu pergi sekolah. Membaca dan menulis berarti dapat memisahkan hal
khusus. Schenk, kelemahan membaca atau legasteni, yaitu kesukaran memisahkan
huruf dari kata-kata. Anak mampu melakukan tindakan kebersihan kurang lebih
usia 15 bulan. Bila dilatih sebelum 15 bulan dapat menimbulkan pengalaman
traumatis. Akibatnya anak sering “ngompol” saat ia sudah dapat bersih atau
menunjukkan gangguan tingkah laku lain.
C. Perkembangan Kepribadian dan Perkembangan
Sosial
1. Tingkah Laku Lekat Sesudah Umur Satu Tahun
Terjadinya tingkah laku lekat dapat
ditinjau dari dua segi, yaitu karena proses belajar dan ciri khas manusia untuk
bercakap-cakap, memanipulasi, dan eksplorasi benda. Tingkah laku lekat
merupakan kecenderungan anak sebelum proses belajar terjadi. Hubungan yang
dyadis merupakan sifat khas hubungan antara ibu dan anak, tingkah laku lekat
dipandang sebagai “sifat structural dari hubungan ibu dan anak”. ada dua teori
yang dipakai dalam hal ini, yaitu:
a. Teori
diferensiasi
Pendapat Bowlby. Anak mencari kontak
sosial serta kehangatan dan kasih sayang. Anak mempunyai pilihan terhadap: ibu,
ayah, atau anggota keluarga lain. Ketergantungan menjadi kecenderungan umum
untuk mencari kontak sosial lepas dari identitas orangnya. Menurut Bowlby ibu
dipandang sebagai figure sentral anak. Kasih sayang ibu adalah essensial untuk
perkembangan psikis yang sehat. Menurut Rutter ibu tidak selalu menjadi objek
kelekatan. Diferensiasi anak dianggap relatif punya kelekatan dengan ibu sampai
±6 tahun, kemudian mengadakan ikatan dengan orang dewasa lain. Bowlby
mengemukakan sesudah 3 tahun anak merasa aman dalam situasi asing bersama objek
lekat pengganti yang dikenal anak, saat dalam kondisi sehat, dan tahu posisi
ibunya serta mudah mencari kontak dengannya.
b. Teori
parallel
Maccoby, Masters, dan Hartup
berpendapat sesudah umur 1 tahun anak menunjukkan tingkah laku lekat terhadap
orang dewasa maupun anak sebaya lain. Observasi keadaan Indonesia menunjukkan
bayi mengalami pola asuh yang tergantung pada situasinya. Contoh hal ini dapat
dikemukakan antara lain:
1. Seorang
penulis mendengar percakapan mengenai anak yang tidak ada pada. Hal itu
membuktikan besarnya pengaruh tingkah laku anak terhadap anak lain sehingga
menjadi objek percakapan.
2. Hubungan
fungsional antara anak dalam permainan mempunyai sifat yang berbeda hubungannya
dengan orang dewasa. Dalam bermain dengan teman terlihat tingkah laku koperatif
berubah menjadi tingkah laku agresif. Perubahan emosional ini dapat diketemukan
suatu keseimbangan yang baik, tidak terjadi dalam hubungannya dengan orang
dewasa.
3. Harlow
meneliti kera Rhesus dalam isolasi. Usia 6 bulan ada pertengkaran dan tingkah
laku agresif sementara yang menghilang dalam beberapa waktu dan nampak lagi.
Umur 1,5 tahun, keagresifan menunjukkan keinginan menyakiti dan merugikan
makhluk lain yang bersifat permanen. Keagresifan pada sejumlah kera dalam
isolasi tidak nampak pada kera yang berkelompok.
Tingkah laku koperatif, altruistis dan agresif dipengaruhi
oleh“role taking” dan egosentrisme. Makin berkembang ambil alih peran makin
kecil egosentrisme dan sebaliknya. Hal itu tetap ada sepanjang hidup tetapi
bersifat saling menghambat.
c. Egosentrisme
Pemusatan diri sendiri dan proses
dasar tingkah laku anak; pengamatan anak ditentukan oleh pandangan
sendiri;belum berorientasi mengenai pemisahan subjek-objek. Perasaan dan
pandangan terpusat pada diri sendiri. Egoisme menunjukkan ketamakan. Berikut
ini merupakan macam bentuk egosentrisme:
1. Egosentrisme
dalam stadium sensomotorik (0-18)
Ketidakmampuan berdiferensiasi antara diri sendiri dan dunia
luar. Diferensiasi berkembang selama 18 bulan. Menurut Piaget dan Inhelder 18
bulan pertama perubahan kearah desentrasi umum, anak merupakan objek dalam
hubungan dengan objek lain.
2. Egosentrisme
dalam stadium pra-operasional (±18 bulan - ±tahun ke 6)
Kemampuan anak bekerja dengan tanggapan. Mulai memakai
simbol dan kata. Ia tidak dapat membedakan antara simbol dan artinya, antara permainan
dan bayangan impian yang dibuat sendiri dengan kenyataan. Sering dibedakan
antara socialized speech dan private speech yaitu tidak ada nilai komunikatif
nya; anak bicara sendiri. Tidak ada anak normal dalam periode perkembangan yang
menggunakan bahasa hanya untuk komunikasi dengan dirinya sendiri saja”. Mueller
menunjukkan umur 3 tahun tidak terdapat egosentrisme dalam penggunaan bahasa, bahasa
selalu mempunyai nilai komunikatif.
3. Egosentrisme
dalam stadium operasional konkrit (± 6- ± 11 tahun)
Belum mampu membedakan hasil cipta mental dengan hal yang
nyata. Menurut Elkind egosentrisme anak ditandai realitas asumtif, anak melihat
kenyataan berdasar informasi terbatas. Memandang orangtua serba tahu. Ditarik
konklusi umum, orang tua sebetulnya tidak mengerti apa-apa. Mereka lebih
percaya pada teman sebaya atau pada guru. Elkind menamkan rasa superioritas
kognitif ini sebagai keseimbangan kognitif.
4. Egosentrisme
pada remaja
Piaget, umur 11 tahun mampu beroperasi formal serta berfikir
hipotetis-deduktif mampu menganalisis pikiran sendiri dan orang lain. Menurut
Elkind hal itu merupakan inti egosentrisme remaja. Elkind menanamkan
pengharapan dirinya yang akan dipikirkan orang lain tentang dirinya sebagai
“public imajiner”. Egosentrisme yang spesifik hanya berlangsung sementara,
namun juga lama.
5. Egosentrisme
pada orang dewasa
Belum dapat ditentukan umur yang tepat, karena belum adanya
penelitian.
6. Egosentrisme pada orang tua
a.
Regresi kognitif, kemajuan yang berkurang
dalam bidang kognitif.
b.
Terjadi pelepasan tingkah laku
lekat.
c.
Sikap fleksibel berkurang hingga
timbul rigiditas.
d. Tingkah
laku ambil alih peran
Proses social dan proses kognitif
bahwa orang dapat menempatkan diri pada motif, perasaan, pikiran, dan tingkah
laku orang lain. Dapat menempatkan diri dalam keadaan orang lain berarti orang
dapat membedakan dasar pandangan orang lain dari dasar pandangan sendiri
disebut desentrasi social. Bentuk ambil alih peran:
1.
Ambil alih peran persepsual
Meramalkan yang dilihat orang mengenai objek yang sama, dari
pandangan perspektif yang berbeda.
2.
Ambil alih peran konsepsual
Kecakapan menempatkan diri dalam pembentukan pengertian atau
konsep orang lain.
3.
Ambil alih peran
emosional-motivasional
Kecakapan ikut merasakan secara konkrit alam perasaan dan
motif orang lain. Makin berkurang egosentrisme, makin bertambah kemampuan ambil
alih perannya. Ambil alih peran merupakan proses hidup meskipun kualitasnya
berbeda.
Gambaran Mengenai Program Stimulasi
Kognisi Sosial
Perkembangan social kognitif yang
dikemukakan Selman terdapat 8 kecakapan: mengidentifikasi, mendiskriminasi,
mendiferensiasi dan membandingkan, menempatkan diri pada tempat orang lain,
bersikap relative, mengkoordinasi dan memasukkan dalam perhatian.
e. Belajar Model
Proses menirukan tingkah laku orang
lain yang dilihat, dilakukan secara sadar atau tidak. Model pribadi; menirukan
demi sifat tingkah laku pribadi. Model posisional: menirukan demi posisi
social, kesuksesan, umur, jenis sekse. Menurut Bandura tingkah laku orang
terjadi karena pengamatan. Syarat untuk menirukan model dengan baik:perhatian,
retensi, reproduksi motoris, reinforsemen dan motivasi.
f. Periode
Perkembangan Fase Kepala Batu
Menurut Hetzer dan Remplein hal ini
dianggap sebagai proses inti perkembangan kemauan dan kepribadian. Reaksi
pembangkangan berbeda dengan sikap tidak mau menurut, agresi, ingin punya
pendapat sendiri, malu, terhambat dan mengadu kekuatan secara main-main. Reaksi
ini berhubungan dengan sifat pendidikan orang tua. Inti penyebab reaksi
pembakangan adalah berfungsinya dua hal yang diskrepan pada diri anak yaitu
diskrepansi antara apa yang dikehendaki anak dengan apa yang dapat dimengerti
secara intelektual.
g. Periode permainan dan tingkah laku
bermain
Anak
dan permainan merupakan dua pengertian yang tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya. Pada awalnnya dunia anak dan dunia orang dewasa tidak dapat
dipisahkan, namun dalam dunia yang sudah
maju dunia anak betul-betul sudah terpisah dengan dunia orang dewasa.
1)
Teori-teori
permainan
Spencer
menandaskan bahwa permainan merupakan kemungkinan penyaluran bagi manusia untuk
melepaskan sisa-sisa energi. Seorang ahli spikologi Rusia Ljublinskaja (1961)
memendang permainan sebagai pencerminan realitas, sebagai bentuk awal
memperoleh pengetahuan.
2)
Struktur
atau ciri-ciri esensial tingkah laku bermain
Berdasarkan
analisa fenomenologis maka Buytendijk
(1887-1974) menemukan cirri-ciri permainan sebagai berikut
a)
Permainan
adalah selalu bermain dengan sesuatu
b)
Dalam
permainan selalu ada sifat timbale balik, sifat interaksi
c)
Permainan
berkembang, tidak statis melainkan dinamis
d) Permainan juga ditandai oleh pergantian
yang tidak dapat diramalkan lebih dahulu.
e)
Orang
bermain tidak hanya bermain dengan sesuatu atau dengan orang lain, melainkan
yang lain tadi juga bermain dengan orang yang bermain itu.
f)
Bermain
menuntut ruangan bermain dan menuntut
aturan-aturan permainan.
g)
Aturan-aturan
permainan membatasi bidang permainan.
3)
Syarat-syarat
permainan
a. Perlindungan
b. Stimulasi
c. eksplorasi
4)
Konsekuensi
permainan
Penelitian
mengenai permainan pada anak-anak membuktikan bahwa permainan dapat memejukan
aspek-aspek perkembangan seperti motorik,kreatifitas, kecakapan-kecakapan
social dan kognitif dan juga perkembangan motifasional dan emosional.
5)
Bentuk-bentuk
permainan
a. Menurut Buhler permainan gerak
dan permainan fungsi (dari lahir sampai ± 3 tahun) berbagai macam
aktifitas motorik, vocal, dan penginderaan. Permainan peranan, permainan
fantasi dan permainan fiksi (usia 2-5 tahun) semua aktivitas mempunyai sifat “seakan-akan”. Permainan
reseptif (ada sesudah tahun ke 2 dan tidak ada puncak yang terkait pada
usia tertentu), permainan konstruksi (sudah ada mulai usia 2 tahun dan
meningkat terutama mulai usia 5 tahun)
b. Menurut Parten gerakan yang terarah
: tidak berbuat apa-apa, jalan-jalan, melihat kesana-kesini, bermain-main
dengan badan sendiri. Tingkah laku pengamat (onlooker beharvior):
melihat anak-anak lain yang sedang bermain. Permainan solitair: bermain
sendiri mencari kasibukan sendiri. Permainan parallel : bermain dengan
permainan yang sama tanpa ada tukar-menukar alat permainan tanpa ada
komunikasi. Permainan asosiatif : anak-anak bermain bersama-sama tetapi
tanpa ada pemusatan terhadap suatu tujuan, tanpa ada pembagian peranan dan
alat-alat permainan. Permainan kooperatif : kerjasama dan koordinasi
dalam alat-alat dan peranan-peranan, ada perjanjian dan pembagian “tugas-tugas”.
c. Menurut Piaget permainan latihan (terutama
selama 2 tahun pertama): latihan memperlakukan benda-benda untuk mengerti
sifat-sifatnya,memperluas pengetahuannya. Permainan simbolis (terutama
sesudah tahun ke 2) : banyak persamaan dengan permainan fiksi Buhler; anak
belajar untuk menyesuaikan kebutuhan-kebutuhannya dan keinginan-keinginannya
pada kenyataan (bandingkan asimilasi). Permainan aturan (antara 7 dan 11
tahun): mengerti aturan-aturan, yaitu aturan-aturan objektif lepas dari waktu
dan orang-orang tertentu. Dipelajari melalui aktivitas-aktivitas permainan.
d. Menurut Caillois : Agon (Yunani =
permainan kompetisi); setiap orang mempunyai kebutuhan untuk menonjol dalam
suatu bidang, pertandingan memberikan kesempatan untuk hal ini. Alea (Latin
= dadu): tidak tergantung kekuatan sendiri tetapi karena sifat kebetulan; main
judi; mengadu nasib dan ingin menguasai. Mimicry (Yunani = menirukan);
lepas dari diri sendiri dengan menjadi orang orang lain, berbuat seakan-akan
untuk melebihi keterbatasan sendiri. Ilin (Yunani = pusaran); permainan
yang mengandung bahaya dan resiko, misalnya autocross, naik gunung (menaklukkan
puncak gunung).
h. Gambaran
anak
Seperti
halnya bernain, maka menggambar juga merupakan suatu aktivitas yang spontan.
Anak menggambar segera sesudah mereka mampu memegang pensil atau alat tulis
lainnya. Anak bias melakukan hal itu mulai berusia ± 52 minggu. Gambar anak
merupakan tolok ukur perkembangan kecerdasan. Meskipun gambaran tidak sempurna,
namun gambaran tadi dapat memberikan pengertian akan kualitas pengamatan kritis
anak.
D. Perkembangan Bahasa
1)
Perkembangan
dalam sejarah
Pada
abad-abad permulaan terdapat pengertian bahwa bahasa itu merupakan perjanjian
yang disengaja antar manusia. Dalam bukunya Die krise der psychologie Buhler mengajukan kritik untuk dapat
mengatasi krisis dalam psikologi. Menurut Buhler ada tiga macam factor yang menentukan
dalam teori bahasa, yaitu
a.
Appell
Berarti bahwa bila kita
ingin menyatakan sesuatu harus juga ada orang yang dapat dicapai oleh
pernyataan tadi.
b.
Ausdruck
c.
Darstellung
Kedua aspek ini yaitu
Appell dan Ausdruck juga ditemukan kembali
dalam komunikasi hewani, tetapi aspek yang ketiga yaitu aspek kemampuan
untuk melukiskan sesuatu, meletakkan atau mengerti hubungan antara hal yang
satu dengan yang lain, dapat menformulasi ide-ide, adalah sifat-sifat manusia
yang spesifik, hanya manusia yang dapat mengatakan Darstellung.
2)
Pandangan
yang nativistis
Menurut
pandangan yang nativisme atau organism maka struktur bahasa telah ditentukan
secara biologis. Tokoh yang penting dari pandangan ini adalah ahli linguistic
Chomsky. Anak sejak mula sudah mempunyai kemampuan untuk berkembang bahasanya.
3)
Pandangan
yang empiri dan yang mendasarkan diri pada teori belajar.
Pandangan
ini bertitik tolak pada pendapat bahwa anak dilahirkan tidak membawa apa-apa.
Ia masih harus banyak belajar, juga belajar bahasa yang dilakukan anak melalui
imitasi, belajar model dan belajar dengan reinforsmen. Tokohnya adalah Skinner
(1972) dan Bandura (1969).
4)
Permulaan
bicara: meraban(mengoceh)
Suara
pertama anak yang dilakukan anak adalah jerit tangis pada waktu dilahirkan.
Tangis pertama ini berguna untuk memungkinkan anah dapat bernafas, karena mulai
saat itu anak harus bernafas sendiri. Meraban dimulai sekitar umur 3 bulan.
Buhler menyebutnya sebagai monolog ocehan. Tingkah laku ini berlangsung sampai
umur 9 atau 12 bulan. Sedangkan anak sudang mengungkapkan kata-kata pertama
mulai usia 9 bulan.
Meraban
atau mengoceh mempunyai variasi yang lebih banyak dari pada menangis.
Dengan ocehan dapat dinyatakan
perasaan-perasaan positif, juga tedengar variasi banyak dalam suara-suara yang
dikeluarkan. Mulai bulan ke 6 maka
ocehan mempunyai fungsi komunikatif. Anak tidak sekedar mengoceh tetapi sudah
jelas merupakan reaksi terhadap orang lain yang mencari kontak verbal dengan
anak tersebut.1
5)
Kalimat
satu kata dan kalimat dua kata.
Satu
kata yang diucapkan oleh anak harus dianggap sebagai satu kalimat penuh.
Misalnya anak mengatakan kursi maka hal itu dapat berarti saya mau duduk
di kursi atau mama harus duduk dikursi, atau saya minta kursi untuk naik
diatasnya untuk mengambil itu. Itulah sebabnya mengapa ucapan satu kata ank ini
dipandang sebagai kalimat satu kata.
6)
Kalimat
tiga kata
Dari
kalimat dua kata berkembanglah lambat laun kalimat tiga kata yang didalam arti
structural mula-mula masih mirip dengan kalimat dua kata. Perubahan ini terjadi
kurang lebih antara bulan ke 24 dan bulan ke 30.
7)
Penelitian
mengenai kecakapan berbahasa
Penelitian
bahasa pada umumnya dibedakan antara :
a.
Perkembangan
fonologi atau penguasaan system suara atau
bunyi.
b.
Perkembangan
morfologis atau penguasaan pembentukan kata-kata
c.
Perkembangan
sintaksis atau penguasaan tata bahasa.
d.
Perkembangn
leksikal atau penguasaan dan perluasan kekayaan kata-kata serta
pengetahuan tentang arti kata.
e.
Perkembangan
semantic atau penguasaan arti bahasa.
8)
Perkembangan
semantic
Sangat
sedikit diketahui mengenai perkembangan kemampuan sintaktis anak, lebih-lebih
mengenai perkembangan semantisnya.(Dale, 1972)
E. Anak Dalam Keluarga
Aries
(1962) mengemukakan suatu tinjauan historis mengenai relasi antara anak dan
keluarga yang lebih berhubungan dengan lingkungan social yang lebih rendah.
Relasi tersebut jika dibandingkan dengan keadaan sekarang adalah sebagai berikut
:
1.
Abad
ke 17 anak dipercayakan pada orang lain, mereka dimasukkan kedalam
asrama-asrama yang biasanya mempunyai sekolah-sekolahnya sendiri. Sekarang anak
mempunyai kedudukan yang penting dalam keluarga dan pergi belajar ke sekolah
biasa.
2.
Abad
ke 18 anak laki-laki tertua sangatlah dinomersatukan, dia merupakan jaminan
warisan keluarga. Sekarang semua anak mempunyai hak yang sama, mereka semua
mendapatkan kasih saying dan berhak memperoleh pendikan yang sama.
3.
Abad
ke 18 kehidupan keluarga serta aktivits-aktivitasnya dipusatkan pada kehidupan
bersam dalam masyarakat. Sekarang di masyarakan Eropa, terutama kepentingan keluarga yang menonjol.
Titik berat diletakkan pada kesejahteraan anak. Di Indonesia meskipun
kepentingan anak sebagai individu dipentingkan tetapi juga kegunaan mereka
dalam pembangunan mesyarakat diperhatikan.
4.
Abad
ke 18 dan ke 19 pendidikan formal bagi
wanita sangat langka. Sekarang pendidikan formal bagi anak wanita merupakan
suatu hal yang biasa dan umum, meskipun masih ada sedikit keterbelakngan
terhadap laki-laki, tetapi hal itu segera dapat dikejar.