PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA
1)
Masuknya Tasawuf ke Indonesia
Sejak Masuknya islam ke Indonesia,
unsur tasawuf telah mewarnai kehidupan keagamaan masyarakat.
Untuk itu tentang sejarah pemikiran
tasawuf di Indonesia, Aceh menempati posisi pertama dan strategis, karena
nantinya akan mewarnai perkembangan tasawuf di Indoensia secara keseluruhan. Diantara
para pelopor berkembangnya aliran tasawuf di Indonesia, sebagaimana yang
disebutkan dibeberapa literatur diantaranya adalah : Nuruddin Araniri ( wafat tahun 1658 M ),
Abdur Rauf As Sinkili (1615 -1693 M ), Muhammad Yusuf Al Makkasary ( 1629-1699
M ). Mereka ini belajar di kota Makkah.
2)
Tokoh Pemikiran Tasawuf di Indonesia
a.
Syeikh Hamzah Fansuri,
Gurunya beliau Ibrahim
Bin Hasan al- Kurani (Madinah), Keahlian beliau terletak pada bidang ilmu fiqh,
tasawuf, mantiq, sejarah, filsafat, dan sastra. Beberapa buku-buku syairnya,
antara lain; Syair Burung Pingai, Syair Dagang, Syair Pungguk, Syair Sidang
Faqir, Syair Ikan Tongkol, dan Syair Perahu. Adapun karangan-karangannya
dalam bentuk kitab ilmiah, antara lain; Asrarul ’Arifin, Fii Bayaani ’Ilmis
Suluuki wat Tauhid, Syarbul ’Asyiqin, Al- Muhtadi, Ruba’i Hamzah al Fansur.
b.
Syeikh Nawawi al- Bantani,
Abdurrahman
Mas’ud menyebut dia sebagai ”Kiai Intelektual Ensiklopedi”. Ilmu yang dia
ajarkan hampir semua cabang ilmu agama Islam seperti fiqh, tauhid, tata bahasa
Arab, dan bahkan tafsir Al-Qur’an. Banyak murid belajar tafsir kepadanya,
diantaranya adalah K.H Hasyim Asy’ari (pendiri NU dan Pahlawan Nasional), K.H
Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), dan Kiai Kholil Bangkalan (tokoh
kharismatik dari Madura). Mereka kemudian meminta syekh untuk membukukan tafsir
Al-Qur’an yang dia ajarkan kepada mereka. Kitab tafsirnya pada akhirnya terbit
dan dikenal sebagai Tafsir Marah Labid atau Tafsir al-Munir atau Tafsir
an-Nawawi.
Nawawi
menampilkan tasawuf yang moderat antara hakikat dan syariat. Dalam
formulasi pandangan tasawufnya tampak terlihat upaya perpaduan antara fiqh dan
tasawuf.Bagi Nawawi Tasawuf berarti pembinaan etika (Adab).
c.
Syeikh H. Abdul Malik Karim Amrullah
(HAMKA)
Konsep-konsep tasawuf yang
diterangkan Hamka sangat dinamis. Ia memahami tasawuf dengan pemahaman yang
lebih tepat dengan roh dan semangat ajaran Islam. Hamka tidak memahami tasawuf
sebagaimana gerakan tarekat dan sufistik pada umumnya. Tasawuf model Hamka ini
menandingi tasawuf tradisional yang cenderung membawa bibit-bibit ke-bid’ah-an,
khurafat, dan kesyirikan. Tahun 1962 Hamka mulai menafsirkan Al-Qur’an,
yakni “Tafsir Al-Azhar” 30 juz (5 jilid). Bulan Juli 1975, Musyawarah Alim
Ulama Seluruh Indonesia dilangsungkan. Hamka dilantik sebagai Ketua Majelis
Ulama Indonesia
d.
Walisongo
Aliran tasawuf yang berkembang pada
zaman Wali Songo dapat dikelompokkan menjadi dua,yaitu:
a. Tasawuf Sunni
Tasawuf Sunni adalah bentuk tasawuf yang memagari dirinya dengan Al-Qur'an
dan Al Hadits secara ketat, serta mengaitkan ahwal (keadaan) dan maqamat
(tingkat rohaniah) mereka pada dua sumber tersebut Dalam tasawuf sunni terdapat
tiga langkah utama yang yang harus dilakukan untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT :
·
Senantiasa
mengawasi jiwa (muraqabah) dan menyucikannya dari segala kotoran.
·
Memperbanyak
zikrullah.
·
Zuhud di dunia, tidak terikat dengan dunia dan gemarkan akhirat.
b. Tasawuf Falsafi
Tasawuf Falsafi adalah sebuah konsep ajaran
tasawuf yang mengenal Tuhan (ma'rifat) dengan pendekatan rasio (filsafat)
hingga menuju ke tingkat yang lebih tinggi, bukan hanya mengenal Tuhan saja
(ma'rifatullah) melainkan yang lebih tinggi dari itu yaitu wihdatul wujud
(kesatuan wujud).
e.
Syeikh Siti Jenar
Salah satu bagian ajaran yang
disampaikan Syek Siti Jenar adalah ajaran "Sangkan Paraning Dumadi"
artinya asal dari segala ciptaan. Menurut Syek Siti Jenar bahwa pangkal dari
segala ciptaan adalah Dzat Wajibul Wujud yang tak terdefiniskan yang diberi istilah
"awang uwung" (Ada tetapi Tidak Ada, Tidak Ada tetapi Ada) yang
keberadaannya hanya mungkin ditandai oleh kata "tan kena kinaya
ngapa" yang disebut dalam Al Quran "Laisa Kamitslihi Syaiun"
artinya " tidak bisa dimisalkan dengan sesuatu”
Perkembangan
taswuf di Indonesia mempunyai hakikat tujuan yakni islamisasi penduduk
Indonesia yang masih menganut kepercayaan tradisional yang bersifat animisme,
dinamisme dengan pengaruh mistiknya, sementara itu tasawuf digunakan oleh para
wali untuk mengadakan pendekatan dengan masyarakat. Perkembangan tasawuf bukan
hanya di pulau jawa akan tetapi di pulau-pulau lain kepulauan nusantara.
SOAL PERTANYAAN MAKALAH 1II :
1)
Ceritakan awal masuk Tasawuf pertama
kali di Indonesia !
Jawaban :
Tasawuf
merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari pengkajian islam di
Indonesia, Irak, Palestina dan lain-lain. Sejak Masuknya islam ke Indonesia,
unsur tasawuf telah mewarnai kehidupan keagamaan
masyarakat, bahkan hingga saat inipun, nuansa tasawuf masih kelihatan menjadi
bagian yang tidak terhapuskan dari pengalaman keagamaan kaum muslim di
Indonesia.
Bila membicarakan tentang sejarah dan pemikiran tasawuf di Indonesia, Aceh
memainkan peran yang sangat penting. karena Aceh merupakan wilayah yang tidak
dapat dipisahkan dari sejarah Indonesia khususnya , umumnya dengan Malaysia,
Thailand, Brunei Darussalam, dan negara Semenanjung Malaya. Untuk itu tentang
sejarah pemikiran tasawuf di Indonesia, Aceh menempati posisi pertama dan
strategis, karena nantinya akan mewarnai perkembangan tasawuf di Indoensia
secara keseluruhan.
2)
Siapakah
tokoh sufi Indonesia yang membuat Tafsir al-Munir
atau Tafsir an-Nawawi
Jawaban :
Syeikh Nawawi
al- Bantani yang membuat Tafsir al-Munir atau Tafsir
an-Nawawi
3)
Jelaskan
perbedaan tasawuf sunni dan tasawuf falsafati!
Jawaban :
tasawuf falsafi metode pendekatannya
sangat berbeda dengan tasawuf sunni, kalau tasawuf sunni lebih menonjol kepada
segi praktis, sedangkan tasawuf falsafi menonjol kepada segi teoritis sehingga
dalam konsep-konsep tasawuf falsafi lebih mengedepankan asas rasio dengan
pendektan-pendekatan filosofis, yang ini sulit diaplikasikan ke dalam kehidupan
sehari-hari khususnya bagi orang awam, bahkan bisa dikatakan mustahil.
EmoticonEmoticon