STRATEGI EFEKTIF PEMBELAJARAN PKn
I.
Pendahuluan
Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan warga Negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Memperhatikan betapa
strategisnya kajian tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam ikut serta
mewujudkan jati diri warga Negara Indonesia yang mandiri, demokratis,
bertanggung jawab, tolerans dan berkeadaban, sudah barang tentu dalam
pelaksanaan proses pembelajarannya haruslah diselenggarakan dengan baik dan
senantiasa mempehatikan berbagai temuan dan inovasi pendidikan terutama di
bidang strategi pembelajaran. Yang demikian ini menjadi penting adanya karena
strategi pembelajaran yang baik akan dapat menciptakan kondisi pembelajaran
yang kreatif, dinamis, dan jauh dari situasi yang mekanistis. Strategi
pembelajaran PKn diharapkan kemampuan pendidik untuk menyebutkan, membedakan,
dan menerapkan, strategi-strategi pembelajaran dalam proses pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Didalam Permen Diknas Nomor 22 tahun
2006, Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang
cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Dalam melaksanakan pembelajaran PKn ditingkat
SD/MI, guru perlu mengembangkan startegi/taktik yang tepat, dengan
pendekatan-pendekatan dan mode-model belajar yang akan diterapkan serta
didukung oleh metode dan media yang efektif. Hal ini akan membantu guru dalam
memahami dan membantu siswa untuk berlatih mengamalkan nilai moral Pancasila
dan budi pekerti yang dipelajari di sekolah. Dari sekian banyak pendekatan dan
model serta metode pembelajaran, perlu dipilih beberapa pendekatan
dan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
perkembangan siswa Sekolah Dasar (SD) serta sifat tujuan yang ingin dicapai
dari proses pembelajaran PKn di SD. Dalam makalah ini penulis mencoba untuk
membahas bagaimanakah strategi pembelajaran PKn yang efektif.
II.
Pembahasan
a. Pengertian dan Sejarah PKn
Pendidikan Kewarganegaraan
atau disingkat PKn merupakan bidang kajian yang bersifat multifaset yang
bidang keilmuannya bersifat interdisipliner, multidisipliner bahkan
multidimensional. Namun, menurut seorang ahli ilmu politik yang bernama
Chreshore (1886), secara filsafat keilmuan ia berasal dari ilmu politik
khususnya dari konsep “political democracy” untuk aspek “duties and
rights of citizen”. Dari ontology pokok inilah berkembang konsep “Civics”,
yang secara harfiah diambil dari bahasa Latin “civicus” yang artinya
warga negara pada jaman Yunani kuno, yang kemudian diakui secara akademis
sebagai embrionya “civic education”, yang selanjutnya di Indonesia
diadaptasi menjadi “pendidikan kewarganegaraan” (PKn). Dari sudut pandang
epistemologis, menurut Barr, Barrt, dan Shermis (1978), PKn sebagai suatu
bidang keilmuan merupakan pengembangan dari salah satu dari lima tradisi“social
studies” yakni“citizenship transmission”. Saat ini tradisi itu sudah
berkembang pesat menjadi suatu “body of knowledge” yang dikenal dan
memilikiparadigma sistemik yang didalamnya terdapat tiga domain “citizenship
education” yakni: domain akademis, domain kurikuler, dan domain sosial
kultural” (Winataputra:2001)
b.
Strategi Pembelajaran PKn
Ada beberapa jenis strategi
dan metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran PKn sebagaiberikut.
1.
Pembelajaran
Langsung (Direct Instruction)
Beberapa strategi dan metode yang termasuk ke dalam jenis ini
meliputi: gambaran ikhtisar terstruktur (structured overview), ceramah (lecture),
demonstrasi, membandingkan dan mengontraskan/mempertentangkan (compare and
contrast). Secara umum, pembelajaran langsung ini menggunakan pendekatan
ekspositori, bersifat satu arah, dan peran guru sangat dominan. Metode
pembelajaran langsung ini sangat efektif apabila digunakan oleh seorang guru
yang memiliki bakat sebagai orator. Berikut ini adalah metode pembelajaran compare
and contrast sebagai salah satu metode pembelajaran langsung.
Metode pembandingan dan pengontrasan digunakan untuk menandai persamaan
dan perbedaan antara satu dengan yang lain. Dalam metode ini ada tindakan
pengelompokan. Sebenarnya selain dikelompokkan kedalam pembelajaran langsung,
metode ini dapat pula dimasukkan ke dalam metode pembelajaran tidak langsung
karena ada tuntutan yang mengajak siswa untuk bersama-sama mengelompokkan
istilah, kosa kata, dan ciri-ciri dari kata kuncisuatu konsep.
Tujuannya adalah membantu siswa membedakan antara berbagai jenis
gagasan atau kelompok gagasan konseptual. Dalam pembelajaran PKn, tentu saja
banyak jenis konsep yang abstrak sehingga memerlukan penjelasan dan untuk
memahami konsep tersebut perlu ada pembandingan dan pengontrasan agar mudah
dipahami oleh siswa.
2.
Pembelajaran
Interaktif (Interactive Instruction)
Beberapa strategi dan metode yang termasuk ke dalam jenis
pembelajarn interaktif meliputi: debat, bermain peran (role playing),
curah pendapat (brainstorming), diskusi, kelompok belajar kooperatif (cooperative
learning groups), jigsaw, pemecahan masalah, kelompok tutorial, wawancara,
dan konferensi. Secara umum, pembelajaran interaktif ini menggunakan pendekatan
siswa aktif, bersifat dua arah, dan peran siswa lebih dominan.
Metode pembelajaran interaktif sangat tepat digunakan untuk
mengaktifkan siswa dalam belajar. Berikut adalah uraian beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran PKn di madrasah
ibtidaiyah.
a.
Debat
Debat adalah beradu argumen secara terstruktur antara dua pihak
(individu atau tim atau kelompok) yang berlawanan dengan cara mempertahankan
dan/atau menyerang dalil atau pendapat yang dikemukakan. Langkah dan aturan
main debat bermacam-macam tergantung pada tempat dan peserta. Proses debat
dipimpin dan pemenangnya ditentukan oleh wasit atau hakim. Debat merupakan
aspek yang fundamental darimasyarakat demokratis. Oleh karena itu, metode
inisnagat cocok dikembangkan dalam mata pelajaran PKn.
Tujuan dari strategi debat adalah melibatkan para siswa dalam
berbagai aktivitas yang terkait dengan mata pelajaran. Debat mendorong peserta
berpikir bukan hanya mengenaifakta darisuatu situasimelainkan implikasinya.
Peserta didik pun didorong untuk berpikir secara kritis dan strategis tentang
posisinya dan posisilawan. Dengan cara berkompetisimaka debat mendorong peserta
untuk melibatkan diridan berkomitmen terhadap posisi.
Debat mendorong siswa untuk berupaya meneliti, mengembangkan
kemampuan mendengarkan/menyimak, dan kemampuan berorasi, menciptakan
kondisisiswa untuk berpikir secara kritis, dan memungkinkan guru dapat menilai
kualitas belajar siswa. Debat juga dapat memberi peluang kepada teman-teman
siswa untuk menilai keterlibatan. Oleh karena itu, metode debat sangat efektif
bagi pembelajaran PKn terutama dalam mempersiapkan peserta didik hidup dalam
masyarakat demokratis.
b.
Bermain
peran (role playing)
Bermain peran atau role playing adalah metode pembelajaran
yang memberi kesempatan kepada siswa untuk memerankan karakter dalam
situasitertentu. Artinya, bahwa siswa harus memainkan satu peran tertentu
sehingga yang bermain tersebut harus mampu berbuat (berbicara atau bertindak)
sesuai dengan perannya. Misalnya, jika peran yang dimainkan adalah polisi, maka
ia harus mampu berperan sebagai polisi. Bermain peran terjadi dalam situasi
buatan (tiruan) atau simulasi.
Bermain peran memberikesempatan kepada siswa untuk bertindak dengan
memerankan karakter dalam situasi hipotetis. Kesempatan ini bertujuan:
1.
Membina sikap, yakni membantu siswa untuk merasakan, menyadari,
dan peka terhadap masalah sosial.
2.
Memahami nilai yang ada dilingkungan masyarakat yang beragam.
3.
Memberi pembelajaran yang menyenangkan karena banyak peran yang
bervariasi sehingga menyegarkan situasi.
4.
Memberi kesempatan untuk menghayati peran tertentu dalam bentuk
simulasi sebelum terlibat dalam situasi sebenarnya.
5.
Curah pendapat (brainstorming)
Metode curah pendapat atau brainstorming merupakan metode
pembelajaran yang melibatkan kelompok besar atau kecil yang mendorong para
siswa untuk memecahkan masalah tertentu. Aktivitas dalam curah pendapat
terdiriatas dua tahap, yakni pertama adalah tahap identifikasi gagasan; dan
kedua adalah tahap menilai gagasan.
Penerapan metode ini dimuali dengan mengajukan pertanyaan atau
masalah atau dengan memperkenalkan tema. Kemudian, siswa memberikan respon atau
jawaban atau gagasan/pendapat yang relevan. Selanjutnya, guru harus menerima
jawaban siswa tanpa kritik atau tanggapan terhadap jawaban siswa. Mungkin pada
awalnya, banyak siswa yang engggan berbicara dalam kelompok, tetapi dengan
kegiatan curah pendapat diharapkan semua siswa mau berpartisipasi dalam
menyampaikan pendapat. Dengan mengungkapkan gagasan dan mendengarkan apa yang
dikemukakan oleh siswa lain, maka para siswa akan menyesuaikan pengetahuan dan
pemahaman sebelumnya dengan menerima informasi baru. Dalam kegiatan curah
pendapat, guru perlu mendorong siswa agar mendengarkan siswa lainnya yang
sedang berbicara. Siswa seyogianya diingatkan agar mendengarkan dengan seksama
terhadap apa yang dikemukakan, mengingatkan pula kepada pembicara ketika
suaranya tidak terdengar jelas.
Dalam menerapkan metode curah pendapat, ada dua prinsip yang perlu
diperhatikan:
a.
Diutamakan bahwa agar diperoleh gagasan sebanyak mungkin pada
tahap curah pendapat.
b.
Menunda pemberian kritik, atau tidak langsung menilai gagasan yang
dikemukakan.
Adapun tujuan penggunaan metode curah pendapat dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut.
1. memfokuskan perhatian siswa
pada suatu tema/topic.
2. membangkitkan semangat siswa
untuk berpendapat.
3. melatih siswa
mengekspresikan gagasan-gagasan baru menurut daya imajinasinya
4. melatih daya kreativitas
siswa.
5. melatih siswa mau menerima
dan menghargai perbedaan individu
6. mendorong siswa berani mengambil
resiko dalam berbagi pendapat dan bila pendapatnya salah
7. menunjukkan kepada siswa
bahwa pengetahuan dan kecakapan berbahasa memiliki kegunaan dan dapat diterima
Demikian tiga contoh uraian metode pembelajaran interaktif yang
dapat diterapkan dalam mata pelajaran PKn di Madrasah Ibtidaiyah. Uraian untuk
metode pembelajaran interaktif lainnya, dapat anda temukan pada buku-buku
tentang metode pembelajaran atau pada modul khusus tentang metode pembelajaran.
3.
Pembelajaran
tidak langsung
Beberapa strategi dan metode yang termasuk ke dalam jenis
pembelajaran tidak langsung meliputi: pemecahan masalah, studi kasus, inkuri,
diskusi reflektif, pembentukan konsep, dan pemetaan konsep. Secara umum,
pembelajaran tidak langsung ini menggunakan pendekatan siswa aktif, bersifat
dua arah, dan peran siswa lebih dominan. Metode pembelajaran tidak langsung
sangat tepat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam belajar. Berikut adalah
uraian beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran PKn
di madrasah ibtidaiyah.
a. Pemecahan masalah
Ada dua jenis metode pemecahan masalah, ialah pemecahan masalah
yang bersifat reflektif dan pemecahan masalah kreatif. Bagaimanapun jenis
pemecahan masalah yang digunakan oleh kelas, pemecahan masalah memfokuskan pada
upaya mengetahui persoalan dengan mempertimbangkan semua faktor kemungkinan
untuk menemukan solusi. Karena semua gagasan awalnya diterima, pemecahan
masalah memungkinkan dapat menemukan solusi terbaik bukan solusi yang paling
mudah atau usulan solusi pertama.
Metode pemecahan masalah digunakan untuk membantu siswa berpikir
tentang masalah tanpa menerapkan gagasan yang dimiliki sebelumnya. Merumuskan
masalah yang dihadapi berbeda dengan akibat darimasalah untuk mencegah pendapat
yang gegabah. Sebagai metode pembelajaran, pemecahan masalah merupakan bentuk
seni berpikir yang paling murni. Dikelas, pemecahan masalah untuk membantu
siswa memahami masalah etika yang dilematis, membantu merencanakan strategi masa
depan.
b. Metode Inkuiri
Metode pembelajaran inkuiri memberi kesempatan kepada siswa
memperoleh pengalaman mengumpulkan informasi. Hal ini tentu memerlukan
kemampuan berinteraksi yang intensif diantara peserta didik dengan guru, bidang
studi, sumber belajar, dan lingkungan belajar. Secara aktif, siswa terlibat
dalam proses belajar, seperti:
1.
bertindak secara antusias dan penuh perhatian;
2.
mengembangkan pertanyaan;
3.
menganalisis masalah kontroversial dan dilematis;
4.
memeriksa dugaan awal dan informasi yang sudah diketahui sebelumnya;
5.
mengembangkan, mengungkapkan,
dan menguji hipotesis; dan,
6.
menyimpulkan dan menghasilkan solusi.
Bertanya adalah inti dari belajar inkuiri. Siswa harus mengajukan
pertanyaan yang relevan dan mengembangkan bagaimana cara menjawab dan
menjelaskannya. Inkuiri menempatkan proses berpikir dalam interaksi antar
sesama siswa dalam menganalisis persoalan, data, topik, konsep, bahan dan
masalah. Teknik berpikir yang dapat diterapkan antara lain berpikir divergen,
berpikir deduktif, dan berpikir induktif. Dalam melatih berpikir divergen, guru
memfasilitasidan mendorong siswa agar menyadari bahwa suatu pertanyaan atau
masalah dapat memiliki lebih dari satu jawaban dan/atau solusi yang benar dan
baik.
c. Peta konsep
Peta konsep adalah bentuk khusus dari diagram jaring untuk
mengeksplorasi pengetahuan dan mengumpulkan dan berbagi informasi. Peta konsep
adalah strategiuntuk mengembangkan konsep yang terdiri atas sejumlah sel yang
didalamnya ada konsep, pertanyaan yang terkait dengan sel konsep atau
pertanyaan lain. Keterkaitan antar sel konsep dihubungkan oleh tanda panah yang
diberi label. Label ini menjelaskan hubungan antar sel konsep. Tanda panah
menunjukkan arah keterkaitan antar sel konsep dan bila dibaca dapat membentuk kalimat.
Peta konsep digunakan untuk:
1.
Mengembangkan pemahaman tentang batang tubuh ilmu pengetahuan.
2.
Mencari informasibaru dan keterkaitannya.
3.
Melihat pengetahuan terdahulu.
4.
Mengumpulkan pengetahuan dan informasi.
5.
Berbagi pengetahuan dan informasiyang diperoleh.
6.
Pilihan untuk memecahkan masalah.
4.
Pembelajaran
melalui pengalaman (experiential learning)
Beberapa strategi dan metode yang termasuk ke dalam jenis
pembelajarn melalui pengalaman meliputi: karya wisata, percobaan, simulasi,
permainan, pengamatan lapangan, bermain peran, survey, dan sebagainya. Secara
umum, pembelajaran melalui pengalaman ini menggunakan pendekatan siswa aktif,
bersifat interaksi multiarah, dan peran siswa lebih dominan.
Metode pembelajaran melalui pengalaman sangat tepat digunakan
untuk mengaktifkan siswa dalam belajar. Berikut adalah uraian salah satu metode
pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran PKn di madrasah
ibtidaiyah, yakni simulasi.
Simulasi adalah bentuk belajar melalui pengalaman atau belajar
dengan mengalami. Sebagai metode pembelajaran, simulasi memerlukan skenario apa
yang akan diperankan oleh siswa. Simulasi berarti pula pekerjaan tiruan atau
meniru perilaku pekerjaan, profesi, atau kegiatan tertentu. Mereka dapat
menjadi representasi dari sebuah realitas pada saat siswa berinteraksi dengan
siswa lain. Guru harus memantau apa yang diperankan oleh siswa apakah mereka
berperan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Misalnya, simulasi
mengajar, simulasi melakukan pertolongan terhadap orang yang kena bencana alam,
simulasi mengatasi kebakaran. Simulasi dapat pula sebagai model pembelajaran,
yakni peniruan yang menuntut kemampuan tertentu.
Simulasi bertujuan meningkatkan penguasaan konsep melalui praktik
pengalaman sehingga dapat membantu siswa memahami nuansa sebuah konsep atau
lingkungan sekitar. Para siswa akan lebih menghayati arti kehidupan bila sering
terlibat dalam simulasi. Oleh karena itu, para guru dianjurkan untuk menerapkan
metode ini dalam kegiatan pembelajaran PKn.
Dalam melaksanakan simulasi diharapkan guru dapat menanamkan
disiplin dan sikap hati-hati. Karena bila tidak disiplin maka keterampilan akan
sulit dikuasai bahkan tujuan akan sulit dicapai. Demikian pula kebiasaan
kerjasama dapat ditanamkan melalui simulasi terutama dalam simulasi pekerjaan
yang perlu dilakukan secara bersama. Simulasi sebagai metode pembelajaran
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Sasaran, ialah siswa yang jumlahnya dapat bervariasi sesuai dengan
kebutuhan apa yang akan disimulasikan. Bila kelas besar maka agar semua siswa
daapt terlibat, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah per
kelompok antara 5-10 orang siswa.
b.
Tema yang dipilih disesuaikan dengan tujuan yang akan
disimulasikan. Apa target keterampilan simulasi, apakah keterampilan
intelektual, afektif, perilaku sosial sesuai dengan praktik kehidupan nyata
sehari-hari. Sejumlah alat yang akan digunakan dalam simulasi perlu
dipersiapkan baik oleh guru maupun oleh siswa, seperti sarana dan prasarana
ruangan untuk simulasi persidangan dipengadilan, ruangan dan peralatan mengajar
untuk simulasi proses pembelajaran, dan sebagainya.
c.
Prosedur simulasi dapat diurutkan sebagai berikut:
1) guru menciptakan situasi atau membuat pemodelan jika diperlukan
2) mengadakan tanya jawab
3) guru membagi peran untuk tiap siswa
4) guru menyampaikan aturan main
5) siswa baik secara individual maupun kelompok bersiap-siap
6) siswa melakukan simulasidan guru mengamati aktivitas siswa
Untuk kelancaran pelaksanaan simulasi dan pencapaian tujuan
pembelajaran, ada delapan keterampilan dasar mengajar yang perlu dikuasai oleh
guru. Namun, dari delapan keterampilan tersebut ada empat keterampilan dasar
mengajar yang utama, yakni keterampilan bertanya, menjelaskan, memberi
penguatan, dan mengajar kelompok kecil sebagai berikut:
a. Keterampilan bertanya
Keterampilan bertanya inidigunakan oleh guru terutama untuk
memantapkan penguasaan konsep atau pemahaman siswa terhadap apa yang telah
disimulasikan. Ada sejumlah teknik bertanya, seperti mengajukan pertanyaan
kepada seluruh kelas terlebih dahulu, tidak menyebut nama sebelum pertanyaan
diajukan.
b. Keterampilan menjelaskan
Keterampilan menjelaskan ini penting dikuasai oleh guru ketika
memperkenalkan apa simulasi, tema apa yang dipilih, aturan main. Penjelasan
yang baik adalah penjelasan yang mudah dipahami oleh siswa, misalnya penjelasan
yang disertai oleh uraian ilustrasi, contoh, pemodelan, bahkan memberitekanan
terhadap hal-hal yang penting dikuasai. Kemampuan menjelaskan menjadi sangat
penting karena bila salah menjelaskan maka tujuan simulasi tidak akan tercapai.
c. Keterampilan
memberipenguatan
Keterampilan member penguatan adalah memberipernyataan yang dapat
mendorong atau memotivasiuntuk berulangnya sesuatu yang pernah dilakukan oleh
siswa. Memberipenguatan yang langsung dapat dirasakan oleh siswa dalam konteks
simulasiadalah memotivasidan membangkitkan minat siswa agar mau, antusias, dan
bersemangat untuk bersimulasi.
d. Keterampilan mengajar kelompok kecil
Ada simulasiyang dilakukan dalam kelompok kecil, terutama apabila
kelas yang dihadapi guru adalah kelas besar. Kelas tersebut perlu dibagi
menjadi beberapa kelompok kecil. Dalam kelompok kecil inilah, seorang guru
perlu memahamidan mengelola kegiatan kelompok kecil. Semua siswa yang ada
dikelompok kecil harus dapat terlayanidan mendapat bantuan dan perhatian yang
adil
III.
Penutup
Demikianlah
makalah yang dapat penulis susun, penulis sadar tentunya dalam penulisan masih
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat, amin.
IV.
Daftar
pustaka
Sapriya. (2012) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI
Sapriya. (2005). Model Pembelajaran Partisipatif Berbasis
Portofolio dalam Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah
Dasar: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan. Tahun 14 Nomor 1, Mei 2005.
EmoticonEmoticon