KEGIATAN
BELAJAR 1 :
A.
Pengertian MMP
MMP
merupakan kependekan dari Membaca Menulis Permulaan.Sesuai dengan
kepanjangannya itu, MMP merupakan program pembelajaran yang diorientasikan
kepadakemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat
anak-anakmulai memasuki bangku sekolah.Pada tahap awal anak memasuki bangku
sekolah di kelas 1 sekolah dasar, MMP merupakan menu utama.
Mengapa
disebutpermulaan, dan apa sasarannya? Peralihan dari masa bermain di TK (bagi
anak-anak yang mengalaminya) atau dari lingkungan rumah (bagi anak yang tidak
menjalani masa di TK) ke dunia sekolah merupakan hal baru bagi anak.Hal pertama
yang diajarkan kepada anak pada awal-awal masa persekolahan itu adalah kemampuan
membaca dan menulis. Kedua kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi
pemerolehan bidang-bidang ilmu lainnya di sekolah. 6
Kemampuan
membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar,
yakni kemampuanmelek huruf.Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan
lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna.Pada tahap ini sangat
dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambang-lambang huruf yang dibacanya
tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambang bunyi-bunyi lambang tersebut.
Kemampuan
melek huruf ini selanjutnya dibina dan ditingkatkan menuju pemilikan kemampuan
membaca tingkat lanjut, yakni melek wacana.Yang dimaksud dengan melekwacana
adalah kemampuan membaca yang sesungguhnya, yakni kemampuan mengubah lambang-lambang
tulis menjadi bunyi-bunyi bermakna disertai pemahaman akan lambang-lambang
tersebut. Dengan bekal kemampuan melek wacana inilah kemudian anak dimajankan
dengan berbagai informasi dan pengetahuan dari berbagai media cetak yang dapat
diakses sendiri.
Kemampuan
menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Pada
tingkat dasar/permulaan, pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada
kemampuan yang bersifat mekanik.
Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan (miripdengan kemampuan melukis atau
menggambar) lambing -lambang tulis yang jikadirangkaikan dalam sebuah struktur,
lambang-lambang itu menjadi bermakna. Selanjutnya, dengan kemampuan dasar ini,
secara perlahan-lahan anak-anak digiring pada kemampuanmenuangkan gagasan, pikiran,
perasaan, ke dalam bentuk bahasa tulis melalui lambang-lambang tulis yang sudah
dikuasainya.Inilah kemampuan menulis yang sesungguhnya.
B.
Tujuan Pembelajaran MMP
Kurikulum 2004atauKurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK)merupakan
kurikulum terkini yang digunakan di
sekolah-sekolah sebagai pengganti atas kurikulum sebelumnya, yakni
Kurikulum1994. Penyempurnaan kurikulum ini mengacu pada Undang-undang No. 20
Tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah terkait
yang mengamanatkan adanya standar nasional pendidikan. Standar-standar dimaksud
berkenaan dengan standar isi, proses, dan kompetensi lulusan sertapenetapan
kerangka dasar dan standar kurikulum oleh pemerintah
Seperti
dijelaskan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Dr. Tr. Indra JatiSidi
dalam kata pengantar untuk Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa dan
SastraIndonesia bahwa upaya penyempurnaan kurikulum dimaksudkan untuk
mewujudkan7peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang harus dilakukan
secara menyeluruhmencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya.
Dimensi-dimensi dimaksud meliputi aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti,
pengetahuan, keterampilan, kesehatan, seni, dan budaya.Pengembangan aspek-aspek
tersebut bermuara padapeningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang
diwujudkan melalui pencapaiankompetensi peserta didik untuk bertahan hidup
serta menyesuaiakan diri, dan berhasildalam kehidupan.Kurikulum tersebut
dikembangkan secara lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan dan keadaan
masing-masing daerah dan sekolah setempat.
Standar
kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia hendaknya memadai dan efektif
sebagai alat berkomunikasi, berinteraksi sosial, media pengembangan ilmu, dan
alat pemersatu bangsa.Daerah atau sekolah-sekolah diberi kesempatan untuk
menjabarkan standar kompetensi itu sesuai dengan kebutuhan dan keadaan
masing-masing secara kontekstual.
Standar
kompetensimata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya aspekmembaca,untuk SD dan
MI adalah sebagai berikut:“membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paraagraf,
berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman,kamus,
ensiklopedia, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui
kegiatanmembaca hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat,
cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak. Kompetensi
membaca juga diarahkanmenumbuhkan budaya baca.
Standar
kompetensi aspek membaca di kelas1 sekolah dasarialah
siswa mampu membaca dan memahami
teks pendek dengan cara membaca lancar (bersuara) dan membaca nyaring beberapa
kalimat sederhana. Standar kompetensi ini diturunkan ke dalam empat buah
kompetensi dasar, yakni:
1. membiasakan sikap membaca yang
benar
2. membaca nyaring
3. membaca bersuara (lancar)
4. membacakan penggalan cerita.
Kegiatan Belajar 2
A.
Strategi
Pembelajaran MMP
1.
Metode
Pembelajaran MMP
Metode
Eja
Coba
Anda perhatikan kasus putra Bu Imam, Gina, dalam ilustrasi percakapan di
atas.
Sebelum memasuki SD, Gina sudah mengenal dan hafal abjad.Namun, dia belum bisa
merangakai abjad-abjad tersebut menjadi ujaran bermakna. Gina sudah mengenal
lambang-lambang berikut: /A/, /B/, /C/, /E/, /F/, dan seterusnya sebagai
[a],
[be], [ce], [de], [e],[ef],dan seterusnya. Bu Imam mengajari anaknya membaca
denganMetode Ejaatau biasadisebut Metode Abjadatau Metode Alpabet.
Mungkin Anda bertanya, bagaimana prinsip dasarMetode
Ejatersebut?
Pembelajaran
membaca dan menulis permulaan dengan metode ini memulai Pengajarannya dengan
memperkenlkan huruf-huruf secara alpabetis.Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan
dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh :
A/a,
B/b, C/c, D/d, E/e, F/f, dan seterusnya, dilafalkan sebagai [a], [be], [ce],
[de], [ef],dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan latihan menulis lambang,
tulisan, seperti a, b, c, d, e, f, dan seterusnya atau dengan huruf rangkai a,
b, c, d,dan seterusnya.Setelah melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk
berkenalan dengan suku katadengan cara merangkaikan beberapa hurufyang sudah
dikenalnya Misalnya :
b,
a, d, umenjadi b-aba(dibaca atau dieja/be-a/à[ba
])
d-udu (dibaca atau dieja /de-u/à[du])
ba-dudilafalkanà/badu/
b, u, k, umenjadi b-ubu(dibaca atau
dieja /be-u/à[bu])
k-uku(dibaca
atau dieja/ ke-u/à[ku])
Proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah anak-anak
bisa menuliskan huruf-huruf lepas, kemudian dilanjutkan dengan belajar menulis
rangkaian huruf yangberupa suku kata. Sebagai contoh, ambillah kata ‘badu’tadi.
Selanjutnya, anak diminta menulis seperti ini:
ba–dubadu
Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan
kalimat-kalimat sederhana.Contoh-contoh perangkaian huruf menjadi suku kata,
suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat diupayakan mengikuti prinsip
pendekatan spiral, pendekatan komunikatif, dan pengalaman berbahasa. Artinya,
pemilihan bahan ajar untuk pembelajaran MMP hendaknya dimulai dari hal-hal yang
konkret menuju hal-hal yang abstrak, dari hal-halyang mudah, akrab, familiar
dengan kehidupan anak menuju hal-hal yang sulit danmungkin merupakan sesuatu
yang baru bagi anak.
Melihat kasus putra Bu Imam dalam proses pembelajaran MMP,
tampaknya terdapat kelemahan yang mendasar dari penggunaan Metode Eja ini.
Dapatkah Andamenemukan kelemahan itu? Benar! Meskipun putra Bu Imam sudah
mengenal dan hapalabjad dengan baik, namun dia tetap mengalami kesulitan dalam
mengenal rangkaian-rangkaian huruf yang berupa suku kata atau pun kata. Anak
yang baru mulai belajar membaca, mungkin akan mengalami kesukaran dalam
memahami sitem pelafalan bunyi /b/dan /a/ menjadi [ba], bukan [bea]. Bukankah
huruf /b/ dilafalkan [be] dan huruf /a/dilafalkan [a]. Mengapa kelompok huruf
/ba/ dilafalkan [ba], bukan [bea], seperti tampak pada pelafalan awalnya? Hal
ini, tentu akan membingungkan anak. Penanaman konsephafalan abjad dengan
menirukan bunyi pelafalannya secara mandiri, terlepas dari konteksnya,
menyebabkan anak mengalami kebingungan manakala menghadapi bentukanbentukan
baru, seperti bentuk kata tadi.
Di samping hal tersebut, hal lain yang dipandang sebagai
kelemahan dari penggunaan metode ini adalah dalam pelafalan diftong dan
fonem-fonem rangkap, seperti /ng/, /ny/, /kh/, /ai/, /au/, /oi/, dan
sebagainya. Sebagai contoh, kita ambil fonem /ng/. Anak-anak mengenal huruf
tersebut sebagai [en] dan [ge]. Dengan demikian, mereka berkesimpulan bahwa
fonem itu jika dilafalkan akan menjadi [en-ge] atau [neg] atau[nege].
Bertolak dari kedua kelemahan tersebut, tampaknya proses
pembelajaran melalui sistem tubian dan hafalan akan mendominasi proses
pembelajaran MMP dengan metodeini. Padahal, seperti yang Anda ketahui,
pendekatan kontekstual merupakan ciri utama dari pelaksanaan Kurikulum SD yang
saat ini berlaku. Prinsip „kebermaknaandan menemukan sendiri,‟ sebagai cerminan
dari pendekatan tersebut dalam proses pembelajaran menjadi terabaikan, bahkan
terhapus dengan penggunaan metode ini.
Metode Bunyi
Contoh:huruf/b/ dilafalkan [eb] /d/ dilafalkan [ed]
/e/ dilafalkan [e]
/g/ dilafalkan [eg]
/p/ dilafalkan [ep]
catatan :dilafalkan dengan e pepet
seperti pelafalanpada katabenar, keras, pedas, lemah
Dengan demikian.kata „nani‟dieja menjadi:
/en-a/à[na]/en-I /à[ni]àdibacaà[na-ni]
Ibu saya melakukan proses pembelajaran membaca permulaan ini
melalui proses pelatihan dan proses tubian. Penguat-penguat yang beliau berikan
dalam melaksanakan proses pembelajaran membaca permulaan melalui metode ini,
mampu membangkitkan motivasi saya untuk terus belajar dan berlatih.Apa yang
dapat Anda simpulkan dari pengalaman belajar membaca permulaan seperti yang
diilustrasikan tadi? Ya, benar! Proses pembelajaran MMP seperti itu dilakukan
melalui „Metode Bunyi‟. Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari Metode Eja.
Prinsip dasar dan proses pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan Metode
Eja/Abjaddiatas. Demikian juga dengan kelemahan-kelemahannya. Perbedaannya
terletak hanya padacara atau sistem pembacaan atau pelafalanabjad
(huruf-hurufnya).
2.
Metode
Suku Kata
Proses pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan
pengenalan suku kata, seperti /ba, bi, bu, be, bo/; /ca, ci, cu, ce, co/; /da,
di, du, de, do/; /ka, ki, ku, ke, ko/,dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut,
kemudian dirangkaikan menjadi kata-katabermakna.Sebagai contoh, dari daftar
suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi paduan suku kata menjadi
kata-kata bermakna, untuk bahan ajar MMP. Kata-kata dimaksud,
misalnya:bo-bicu–cida–da
ka–kibi-buca–cidi–daku–kubi–bici–cada–duka–kuba–caka–cadu–kaku–da
Kegiatan
ini dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi kelompok
kata
atau kalimat sederhana. Contoh perangkaian kata menjadi kalimat dimaksud,
seperti tampak pada contoh di bawah ini.
ka-ki
ku-da
ba-ca
bu-ku
cu–ci
ka–ki(dan
sebagainya).
Proses
perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kelompok kata atau kalimat
sederhana, kemudian ditindaklanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian
bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan-satuan bahasa terkecil di bawahnya, yakni
dari kalimat ke dalam kata-kata dan dari kata ke suku-suku kata. Proses
pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkai dan mengupas, kemudian melahirkan
istilah lainuntuk metode ini, yakniMetode
Rangkai-Kupas
Jika kita simpulkan, langkah-langkah pembelajaran MMP dengan
Metode Suku
Kata
adalah:
(1)
tahap pertama, pengenalan suku-suku kata;
(2)
tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata;
(3)
tahap ketiga, perangakaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana;
(4)tahap
keempat, pengintegrasian kegiatan perangakaian dan pengupasan:
(kalimatàkata-kataàsuku-suku
kata)
Metode
Suku Kata/Silabapopuler dalam pembelajaran bacatulis Al-Qur‟an.
Dalam
pembelajaran baca tulis Al-Qur‟an, metode ini dikenal dengan istilah
„‟Metode
Iqro‟‟.
3.
Metode
Kata
Proses pembelajaran MMP seperti yang digambarkan dalam
langkah-langkah di atas dapat pula dimodifikasi dengan mengubah objek
pengenalan awalnya. Sebagai contoh, 20proses pembelajaran MMP diawali dengan
pengenalan sebuah kata tertentu. Kata ini,kemudian dijadikan lembaga sebagai
dasar untuk pengenalan suku kata dan huruf.Artinya, kata dimaksud diuraikan
(dikupas) menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf. Selanjutnya,
dilakukan proses perangkaian huruf menjadi suku kata dan suku kata menjadi
kata. Dengan kata lain, hasil pengupasan tadi dikembalikan lagi ke bentuk
asalnya sebagaikata lembaga (kata semula).Karena proses pembelajaran MMP dengan
metode ini melibatkan serangkaian proses pengupasandan perangkaian maka metode
ini dikenal juga sebagai „MetodeKupas-Rangkai‟ (sebagai lawan dariMetode Suku
Katayang biasa juga disebut MetodeRangkai-Kupas).Sebagian orang menyebutnya
‟Metode Kata‟atau‟Metode Kata Lembaga‟.
Metode
Global
Sebagian
orang mengistilahkan metode ini sebagai‟Metode Kalimat‟. Dikatakan
demikian,
karena alur proses pembelajaran MMP yang diperlihatkan melalui metode ini
diawali dengan penyajian beberapa kalimat secara global. Untuk membantu
pengenalan kalimat dimaksud, biasanya digunakan gambar.Di bawah gambar
dimaksud, dituliskansebuah kalimat yang kira-kira merujuk pada makna gambar
tersebut. Sebagai contoh, jika kalimat yang diperkenalkan berbunyi
‟ini
nani‟, maka gambar yang cocok untuk menyertai kalimat itu adalah gambar seorang
anak perempuan.
Selanjutnya, setelah anak diperkenalkan dengan beberapa
kalimat, barulah prosespembelajaran MMP dimulai. Mula-mula, guru mengambil
salah satu kalimat dari beberapakalimat yang diperkenalkan di awal pembelajaran
tadi.Kalimat tersebut dijadikandasar/alat untuk pembelajaran MMP. Melalui
proses deglobalisasi(proses penguraian kalimat menjadi satuan-satuan yang lebih
kecil, yakni menjadi kata, suku kata, dan huruf),selanjutnya anak menjalani proses
belajar MMP.
Proses penguraian kalimat menjadi kata, kata menjadi suku
kata, suku kata menjadi huruf-huruf, tidak disertai dengan proses sintesis
(perangkaian kembali). Artinya, huruf-huruf yang telah terurai itu
tidakdikembalikan lagi pada satuan di atasnya, yakni suku kata.Demikian juga
dengan suku-suku kata, tidak dirangkaikan lagi menjadi kata; kata-kata menjadi
kalimat.Sebagai contoh, di bawah ini dapat Anda lihat bahan untuk MMP yang
menggunakan Metode Global
1) Memperkenalkan
gambar dan kalimat.
(tolong
beri gambar kuda disini) (tolong
gambar dadu disini)
ini
dadu ini
kuda
2) Menguraikan
salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi suku kata; suku kata menjadi
huruf-huruf.ini dadu
ini
dadu
i -ni da-du
i-n-i
d-a-d-u
4.
Metode SAS
“Struktural
Analitik Sintetik’’. Metode SAS merupakan salahsatu jenis metode yang bisa
digunakan untuk proses pembelajaran membaca dan menulispermulaan bagi siswa
pemula.Pembelajaran MMP dengan metodeini mengawali pelajarannya dengan
menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi
sebuahstruktur yang memberi makna lengkap, yakni struktur kalimat.Hal ini
dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep „‟kebermaknaan‟‟pada dirianak.Akan
lebih baik jika struktur kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajaran MMP
dengan metode ini adalahstruktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa
si pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum KBM MMP yang sesungguhnya
dimulai, gurudapat melakukan pra
-KBM
melalui berbagai cara. Sebagai contoh, guru dapat memanfaatkan rangsang gambar,
benda nyata,tanya jawab informal untuk menggali bahasa siswa. Setelah ditemukan
suatu strukturkalimat yang dianggap cocok untuk materi MMP, barulah KBM MMP
yang sesungguhnyadimulai. Pembelajaran MMP dimulai dengan pengenalan struktur
kalimat.Kemudian, melalui proses analitik, anak-anak diajak untuk mengenal
konsep kata. Kalimat utuh yang dijadikan tonggak dasar untuk pembelajaran
membaca permulaan inidiuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil
yang disebut kata. Proses penganalisisan atau penguraian ini terus berlanjut
hingga pada wujud satuan bahasaterkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni
huruf-huruf. Proses penguraian/penganalisian dalam pembelajaran MMP dengan
metode SAS, meliputi:
(a)kalimat
menjadi kata-kata
(b)kata
menjadi suku-suku kata, dan
(c)suku
kata menjadi huruf-huruf.
Pada tahap selanjutnya, anak-anak didorong untuk melakukan
kerja sintesis(menyimpulkan).Satuan-satuan bahasa yang telah terurai tadi
dikembalikan lagi kepada satuannya semula, yakni dari huruf-huruf menjadi suku
kata, suku-suku kata menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat. Dengan
demikian, melalui proses sintesis ini, anak-anakakan menemukan kembali
wujudstruktur semula, yakni sebuah kalimat utuh.Melihat prosesnya, tampaknya
metode ini merupakan campuran dari metode-metode membaca permulaan seperti yang
telah kita bicarakan di atas.Oleh karena itu, penggunaanmetode SAS dalam
pengajaran MMP pada sekolah-sekolah kita ditingkat SD pernah dianjurkan, bahkan
diwajibkan pemakaiannya oleh perintah.
Beberapa manfaat yang dianggap sebagai kelebihan dari metode
ini, di antaranya sebagai berikut ini.
(1)
Metode ini sejalan dengan prinsip linguistik (ilmu bahasa) yang memandang
satuan bahasa terkecil yang untuk berkomunikasi adalah kalimat. Kalimat
dibentuk oleh satuan-satuan bahasa dibawahnya, ykni kata, suku kata, dan
akhirnya fonem (huruf-huruf).
(2)
Metode ini mempertimbangkan pengalaman berbahasa anak. Oleh karena itu,
penga-jaran akan lebih bermakna bagi anak karena bertolak dari sesuatu yang
dikenal dandiketahui anak. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap daya
ingat dan pemahaman anak.
(3)Metode
ini sesuai dengan prinsip inkuiri (menemukan sendiri).Anak mengenal dan
memahami sesuatu berdasarkan hasil temuannya sendiri. Sikap seperti ini
akanmembantu anak dalam mencapai kebrhasilan belajar.
Bahan ajar untuk pembelajaran membaca permulaan dengan
metode ini tampakseperti berikut.
inimama
inimama
i-ni ma
-ma
i-n-im-a-m-a
i-ni ma-ma
inimama
inimama
Uraian
ini ditutup dengan sebuah simpulan bahwa“tidak ada metode yang terbaik
dan
juga tidak ada metode yang terburuk”. Masing-masing metode mempunyai kelebihan
dan kekurangan.Metode yang terbaik adalah metode yang cocok dengan
pemakainya.Setelah Anda mempelajari bermacam-macam metode yang biasa digunakan
untuk pembelajaran MMP, tentu Anda berkesimpulan bahwa setiap metode memilki
keunggulandan kelemahannya masing-masing.Oleh karena itu, sangatlah keliru jika
ada orang yang beranggapan bahwa metode ini merupakan metode yang terbaik dan
metode itu merupakan metode yang terburuk.Metode terbaik adalah metode yang
paling cocok dengan pembawa metode tersebut.
5.
Model
Pembelajaran MMP
Pada bagian ini, kita akan berlatih bagaimana melaksanakan
pembelajaran MMP dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dengan
mengambil salah satu metode tertentu. Tentu saja, model ini bukanlah satu-satunya
acuan yang terbaik, sebab mengajar itu adalah seni. Masing-masing orang
mempunyai gaya dan seni tersendiri di dalam mengajar. Yang perlu Anda pahami di
sini, bukanlah persoalan teknik dan strategi mengajar, melainkan konsep-konsep
pokok langkah
-langkah
pembelajaran MMP yang berlandaskan pada penggunaan metode MMP tertentu.
Mengenai pemilihan metode pembelajaran MMP apa yang paling
tepat d
igunakan oleh guru bagi pembelajar pemula tidaklah begitu
penting. Guru dapat memilih metode MMP yang paling tepat dan paling cocok
sesuai dengan situasi dan kondisi siswanya. Namun, penggunaan pendekatan CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif), Pendekatankomunikatif-integratif, dan CTL
(Contextual Teaching and Learning) hendaknya benar-benar dilaksanakan oleh
setiap guru.
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar MMP ini terbagi ke dalam dua tahapan,
yakni (a)
pembelaran tanpa buku, dan (b) pembelajaran dengan menggunakan buk
a.
Langkah-langkah
Pembelajaran MMP Tanpa Buku
Pembelajaran
membaca permulaan tanpa buku berlangsung pada awal-
awal
anak bersekolah pada minggu-minggu pertama mereka duduk di bangku sekolah. Hal
ini dapat berlangsung kira-kira 8-10 minggu. Jika memungkinkan tenggang waktu
tersebut dapat dipersingkat lagi, sesuai dengan situasi dan kondisi
setempat.Berikut ini akan disajikan salah satu model alternatif pembelajaran
membacapermulaan tanpa buku. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.
Sebelum
KBM dilakukan sebaiknya guru mengawalinya dengan berbagai kegiatan pra-KBM yang
dapat merangsang dan menggali pengalaman berbahasa anak.Percakapan-percakapan
ringan antara guru dan siswa sebelum KBM dimulai merupakan langkah awalyang
bagus untuk membuka pintu komunikasi. Sapaan
-sapaan
hangat dan berbagai pertanyaan ringan kepada mereka akan membuat siswa
termotivasi untuk betah dan maubelajar di sekolah.
.Demikian seterusnya.Selanjutnya, pilihlah variasi-variasi
kegiatan belajar mengajar berikut.
1)Menunjukkan
gambar
Variasi ini dilakukan dengan cara
guru memperlihatkan sebuah gambar yang
melukiskan sebuah keluarga yang
terdiri atas ayah, ibu, dan dua anak (laki-laki dan perempuan). Hal ini dimaksudkan
utnuk menarik minat dan perhatian anak.
2)Menceritakan
gambarGuru menceritakan gambar tersebut dengan memberi nama terhadap
peran-peran yang terdapat di dalam gambar. Penamaan tokoh-tokoh hendaknya
menggunakan huruf-hurufyang pertama-tama hendak diperkenalkan kepada anak. GBPP
dan Buku Paket dapat dijadikan acuan untuk
penamaan tokoh-tokoh tersebut.
Misalnya, Anda dapatmenyebutkan: “mama”
untuk gambar ibu, “mimi”untuk gambar
anak perempuan, dan “nana”untuk gambar anak laki-laki, “bapak”untuk gambar
ayah. Tema cerita dapat disesuaikan dengana tema-tema yang terdapat dalam
GBPP/Kurikulum atau tema-temayang diperkirakan menarik perhatian anak dan akrab
dengan kehidupan anak.
3)Siswa
bercerita dengan bahasa sendiriSelanjutnya, satu dua orang siswa diminta
menceritakan kembali gambar tersebutdengan bahasanya sendiri.
4)Memperkenalkan
bentuk-bentuk huruf (tulisan) melalui bantuan gambarPada fasse ini, guru mulai
melepaskan gambar-gambar tadi secara terpisah danmenempelinya dengan tulisan
sebagai keterangan atas gambar tadi. Sebagai contoh: dibawah gambar ibu tertera
tulisan yang berbunyi, “ini mama”atau“ini ibu”(bergantung kepada pemilihan
metode MMP yang Anda gunakan: Metode SAS,Metode Kata, Metode Eja, dan
seterusnya).
5)Membaca
tulisan bergambarPada fase ini, guru mulai melakukan proses pembelajaran
membaca sesuai dengan metode yang dipilihnya. Jika menggunakan Metode Eja atau
Metode Bunyi pengenalanlambang tulisan akan diawali dengan pengenalan
huruf-huruf melalui proses drill(teknik tubian) atau proses hafalan. Jika
menggunakan Metode Global atau MetodeSAS proses pembelajaran membaca akan
dimulai dari pengenalan struktur kalimat (sederhana); lalu diuraikan menjadi
kata, kata menjadi suku kata, hingga unit terkecil ditingkat huruf. Setelah itu
dilakukan sintesis (perangkaian) huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi
kata, kata menjadi kalimat, hingga kembali lagi ke struktur semula.
6)Membaca
tulisan tanpa gambar
Setelah proses ini dilalui, langkah selanjutnya guru secara
perlahan-lahan dapat
menyingkirkan
gambar-gambar tadi dan siswa diupayakan untuk melihat bentuk
tuliannya
saja. Kegiatan ini dapat disertai dengan penyalinan bentuk tulisan di papan
tulisan dan guru menyajikan wacana sederhana yang dapat memberikan keutuhan
makna atau keutuhan informasi kepada anak.Misalnya, guru dapat menyajikan
wacana seperti berikut.ini mama
ini
mimi
ini
nana
ini
mama
mimiini
mama nana
7)Memperkenalkan
huruf, suku kata, kata, atau kalimat dengan bantuan kartuBerikut ini akan
disajikan berbagai alternatif pengenalan berbagai unsur bahasa
melaluikartu-kartu.
(a memperkenalkan unsur kalimat/ kata
(b)memperkenalkan
unsur kata/suku kata
(c)memperkenalkan
unsur suku kata/huruf
Ada
hal penting yang harus diperhatikan guru dalam menguraikan suku kata
menjadi
bunyi-bunyi huruf. Perhatikan ilustrasi berikut.
(Guru
memperlihatkan kartu suku kata [ma])
Guru:
/ma/ (suku kata ini diucapkan panjang dan bunyi [m] didengungkan
Murid
: [mmm] (panjang)
Guru
: Lalu?
Murid
: [a...] (panjang)
(d)memperkenalkan
unsur suku kata/huruf
merangkai
suku kata menjadi kataAnda dapat melakukannya seperti pada butir (d) di atas,
namun kartu yang dipergunakan untuk merangkai kata adalah kartu-kartu suku
kata.Demikianlah model-model alternatif pengajaranmembaca permulaan tanpa buku
b.
Pengajaran
menulis permulaan tanpa buku
Dapat dilakukan melalui pelatihan
mekanik
untuk melemaskan otot-otot tangan, misalnya berlatih membuat telur atau
lingkaran di udara, membuat pagar di udara, menirukan gambar huruf di
udara,
dan sejenisnya.Langkah-langkah Pembelajaran MMP dengan Menggunakan BukuSetelah
Anda memastikan diri bahwa murid-murid Anda mengenal bentuk-bentuk tulisan
dengan baik melalui pembelajaran membaca tanpa buku, langkah selanjutnya
anak-anak mulai diperkenalkan dengan lambang
-lambang
tulis yang tercetak di dalam buku. Langkah aal yang paling penting di dalam
pembelajaran MMP dengan buku adalahbagaimana menarik minat dan perhatian siswa
agar mereka tertarik dengan buku (bacaan) dan mau belajarsendi
ri
yang dilandasi motivasi intrinsik. Kondisi belajar terpakasa atau dipaksakan
harus dihindari.Ada beberapa tawaran alternatif langkah pembelajaran MMP dengan
menggunakan buku.Kegiatan pembeljaran pada fase ini merupakan tindak lanjut
dari kegiatan awal, yakni pembelajaran MMP tanpa buku.Dengan demikian,
diasumsikan anak-anak tidak berangkat dari kondisi nol. Berikut beberapa
alternatif pembelajaran yang penulis tawarkan.
a.Membaca
Buku Pelajaran (Buku Paket)
Langkah-langkah
pembelajarannya adalah sebagai berikut ini.
1)Siswa
diberi buku (paket) yang sama dan diberi kesempatan untuk melihat-lihat isi
buku tersebut. Mereka mungkin membuka-buka dan membolak-balik halaman demi
halaman dari buku tersebut hanya sekedar untuk melihat-lihat gambarnya
saja.Oleh karena itu penting bagi guru untuk mempertimbangkan segi kemenarikan
ilustrasi di dalam memilih buku ajar untuk siswa.
2)Siswa
diberi penjelasan singkat mengenai buku tersebut: tentang warna, jilid,
tulisan/judul luar, dan sebagainya.
3)Siswa diberi penjelasandan
petunjuk tentang bagaimana cara membuka halaman-halaman buku agar buku tetap
terpelihara dan tidak cepaat rusak.
4)Siswa
diberi penjelasan mengenai fungsi dan kegunaan angka-angka yang
menunjukkan
halaman-halaman buku.
5)Siswa
diajak memusatkan perhatian pada salah satu teks/bacaan yang terdapat pada
halaman tertentu.
6)Jika
bacaan itu disertai gambar, sebaiknya terlebih dahuku guru bercerita tentang
gambar dimaksud.
7)Selanjutnya,
barulah pelajaran membaca dimulai. Guru dapat mengawali
pembelajaran ini dengancara yang
berbeda-beda. Ada yang mengawalinya dengan pemberian contoh (pola kalimat yang
tersedia dengan llafal dan intonasi yng baik dan benar), ada yang langsung
meminta contoh dari salah seorang siswa yang dianggap sudah mampu membaca
dengan baik (melek huruf), atau dengan cara lainnya.30Pembelajaran membaca
selanjutnya dapat dilakukan seperti contoh-contoh model pembelajaran membaca
tanpa buku. Perbedaannya terletak pada alat ajarnya.Membaca tanpa buku
dilakukan dengan memanfaatkan gambar-gambar, kartu-kartu, dan
lain-lain;sementara membaca dengan menggunakan buku memanfaatkan buku sebagai
alat dan sumber belajar.
b.Membaca
Buku dan Majalah Anak yang Sudah TerpilihPengenalan terhadap jenis bacaan lain
selain buku ajar sangat membantu anak didalam menumbuhkan minat dan kebiasaan
membaca sejak dini. Namun, tentu sajapemilihan buku dan majalah bebas itu perlu
dilakukan guru dengan mempertimbangkan taraf kemampuan siswa, azas kebermaknaan
dan kebermanfaatan, kemenarikan, keterbacaan, dan kemudahan memperolehnya.Untuk
langkah awal, bacaan-bacaan sederhana hendaknya menjadi pilihan utama.Kosakata
yang dipakai dalam bacaan tersebut hendaknya mengandung huruf-huruf yang sudah
dikenal anak, di samping pemakaian kosakata yang juga dianggap yang sudah dikenal
anak.
c.Membaca
Bacaan Susunan Bersama Guru-Siswa
Untuk menerapkan model ini,
langkah-langkah yang ditempuh antara lain:
1)Guru
memperlihatkan beberapa gambar, anak diminta menyebutkan gambar
-gambar tersebut.
2)Di
samping gambar, guru juga memperlihatkan beberapa kartu (bisa kartu huruf,
kartusuku kata, atau kartu kata). Anak diminta menempelkan kartu
-kartu dimaksud di bawah gambar
sehingga gambar-gambar dimaksud menjadi berjudul.
3)Satu-dua buah gambar dipilih anak untuk bahan
diskusi dan sebagai stimulasi untuk membuat bacaan
bersama. Melalui arahan dan bimbingan guru, misalnya melalui kegiatan tanya
jawab, diharapkan guru dan siswa dapat menyusun bacaan bersama.
EmoticonEmoticon