Selasa, 03 Januari 2017

PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS DI KELAS RENDAH

Tags





KEGIATAN BELAJAR 1 :
 
A. Pengertian MMP
MMP merupakan kependekan dari Membaca Menulis Permulaan.Sesuai dengan kepanjangannya itu, MMP merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepadakemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anakmulai memasuki bangku sekolah.Pada tahap awal anak memasuki bangku sekolah di kelas 1 sekolah dasar, MMP merupakan menu utama.
Mengapa disebutpermulaan, dan apa sasarannya? Peralihan dari masa bermain di TK (bagi anak-anak yang mengalaminya) atau dari lingkungan rumah (bagi anak yang tidak menjalani masa di TK) ke dunia sekolah merupakan hal baru bagi anak.Hal pertama yang diajarkan kepada anak pada awal-awal masa persekolahan itu adalah kemampuan membaca dan menulis. Kedua kemampuan ini akan menjadi landasan dasar bagi pemerolehan bidang-bidang ilmu lainnya di sekolah. 6
Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni kemampuanmelek huruf.Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna.Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambang-lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambang bunyi-bunyi lambang tersebut.
Kemampuan melek huruf ini selanjutnya dibina dan ditingkatkan menuju pemilikan kemampuan membaca tingkat lanjut, yakni melek wacana.Yang dimaksud dengan melekwacana adalah kemampuan membaca yang sesungguhnya, yakni kemampuan mengubah lambang-lambang tulis menjadi bunyi-bunyi bermakna disertai pemahaman akan lambang-lambang tersebut. Dengan bekal kemampuan melek wacana inilah kemudian anak dimajankan dengan berbagai informasi dan pengetahuan dari berbagai media cetak yang dapat diakses sendiri.
Kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Pada tingkat dasar/permulaan, pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada
kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan (miripdengan kemampuan melukis atau menggambar) lambing -lambang tulis yang jikadirangkaikan dalam sebuah struktur, lambang-lambang itu menjadi bermakna. Selanjutnya, dengan kemampuan dasar ini, secara perlahan-lahan anak-anak digiring pada kemampuanmenuangkan gagasan, pikiran, perasaan, ke dalam bentuk bahasa tulis melalui lambang-lambang tulis yang sudah dikuasainya.Inilah kemampuan menulis yang sesungguhnya.

B. Tujuan Pembelajaran MMP
Kurikulum 2004atauKurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)merupakan
kurikulum terkini yang digunakan di sekolah-sekolah sebagai pengganti atas kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum1994. Penyempurnaan kurikulum ini mengacu pada Undang-undang No. 20 Tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah terkait yang mengamanatkan adanya standar nasional pendidikan. Standar-standar dimaksud berkenaan dengan standar isi, proses, dan kompetensi lulusan sertapenetapan kerangka dasar dan standar kurikulum oleh pemerintah
Seperti dijelaskan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Dr. Tr. Indra JatiSidi dalam kata pengantar untuk Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa dan SastraIndonesia bahwa upaya penyempurnaan kurikulum dimaksudkan untuk mewujudkan7peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang harus dilakukan secara menyeluruhmencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya. Dimensi-dimensi dimaksud meliputi aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, kesehatan, seni, dan budaya.Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara padapeningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaiankompetensi peserta didik untuk bertahan hidup serta menyesuaiakan diri, dan berhasildalam kehidupan.Kurikulum tersebut dikembangkan secara lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masing-masing daerah dan sekolah setempat.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia hendaknya memadai dan efektif sebagai alat berkomunikasi, berinteraksi sosial, media pengembangan ilmu, dan alat pemersatu bangsa.Daerah atau sekolah-sekolah diberi kesempatan untuk menjabarkan standar kompetensi itu sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masing-masing secara kontekstual.
Standar kompetensimata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya aspekmembaca,untuk SD dan MI adalah sebagai berikut:“membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paraagraf, berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman,kamus, ensiklopedia, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatanmembaca hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak. Kompetensi membaca juga diarahkanmenumbuhkan budaya baca.
Standar kompetensi aspek membaca di kelas1 sekolah dasarialah
siswa mampu membaca dan memahami teks pendek dengan cara membaca lancar (bersuara) dan membaca nyaring beberapa kalimat sederhana. Standar kompetensi ini diturunkan ke dalam empat buah kompetensi dasar, yakni:
1. membiasakan sikap membaca yang benar
2. membaca nyaring
3. membaca bersuara (lancar)
4. membacakan penggalan cerita.
 
Kegiatan Belajar 2
A.    Strategi Pembelajaran MMP
1.      Metode Pembelajaran MMP
Metode Eja
Coba Anda perhatikan kasus putra Bu Imam, Gina, dalam ilustrasi percakapan di
atas. Sebelum memasuki SD, Gina sudah mengenal dan hafal abjad.Namun, dia belum bisa merangakai abjad-abjad tersebut menjadi ujaran bermakna. Gina sudah mengenal lambang-lambang berikut: /A/, /B/, /C/, /E/, /F/, dan seterusnya sebagai
[a], [be], [ce], [de], [e],[ef],dan seterusnya. Bu Imam mengajari anaknya membaca denganMetode Ejaatau biasadisebut Metode Abjadatau Metode Alpabet.
Mungkin Anda bertanya, bagaimana prinsip dasarMetode Ejatersebut?
Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini memulai Pengajarannya dengan memperkenlkan huruf-huruf secara alpabetis.Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh :
A/a, B/b, C/c, D/d, E/e, F/f, dan seterusnya, dilafalkan sebagai [a], [be], [ce], [de], [ef],dan seterusnya. Kegiatan ini diikuti dengan latihan menulis lambang, tulisan, seperti a, b, c, d, e, f, dan seterusnya atau dengan huruf rangkai a, b, c, d,dan seterusnya.Setelah melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk berkenalan dengan suku katadengan cara merangkaikan beberapa hurufyang sudah dikenalnya Misalnya :
b, a, d, umenjadi b-aba(dibaca atau dieja/be-a/à[ba ])
d-udu (dibaca atau dieja /de-u/à[du])
ba-dudilafalkanà/badu/
b, u, k, umenjadi b-ubu(dibaca atau dieja /be-u/à[bu])
k-uku(dibaca atau dieja/ ke-u/à[ku])
Proses ini sama dengan menulis permulaan, setelah anak-anak bisa menuliskan huruf-huruf lepas, kemudian dilanjutkan dengan belajar menulis rangkaian huruf yangberupa suku kata. Sebagai contoh, ambillah kata ‘badu’tadi. Selanjutnya, anak diminta menulis seperti ini:
ba–dubadu

Proses pembelajaran selanjutnya adalah pengenalan kalimat-kalimat sederhana.Contoh-contoh perangkaian huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat diupayakan mengikuti prinsip pendekatan spiral, pendekatan komunikatif, dan pengalaman berbahasa. Artinya, pemilihan bahan ajar untuk pembelajaran MMP hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkret menuju hal-hal yang abstrak, dari hal-halyang mudah, akrab, familiar dengan kehidupan anak menuju hal-hal yang sulit danmungkin merupakan sesuatu yang baru bagi anak.
Melihat kasus putra Bu Imam dalam proses pembelajaran MMP, tampaknya terdapat kelemahan yang mendasar dari penggunaan Metode Eja ini. Dapatkah Andamenemukan kelemahan itu? Benar! Meskipun putra Bu Imam sudah mengenal dan hapalabjad dengan baik, namun dia tetap mengalami kesulitan dalam mengenal rangkaian-rangkaian huruf yang berupa suku kata atau pun kata. Anak yang baru mulai belajar membaca, mungkin akan mengalami kesukaran dalam memahami sitem pelafalan bunyi /b/dan /a/ menjadi [ba], bukan [bea]. Bukankah huruf /b/ dilafalkan [be] dan huruf /a/dilafalkan [a]. Mengapa kelompok huruf /ba/ dilafalkan [ba], bukan [bea], seperti tampak pada pelafalan awalnya? Hal ini, tentu akan membingungkan anak. Penanaman konsephafalan abjad dengan menirukan bunyi pelafalannya secara mandiri, terlepas dari konteksnya, menyebabkan anak mengalami kebingungan manakala menghadapi bentukanbentukan baru, seperti bentuk kata tadi.
Di samping hal tersebut, hal lain yang dipandang sebagai kelemahan dari penggunaan metode ini adalah dalam pelafalan diftong dan fonem-fonem rangkap, seperti /ng/, /ny/, /kh/, /ai/, /au/, /oi/, dan sebagainya. Sebagai contoh, kita ambil fonem /ng/. Anak-anak mengenal huruf tersebut sebagai [en] dan [ge]. Dengan demikian, mereka berkesimpulan bahwa fonem itu jika dilafalkan akan menjadi [en-ge] atau [neg] atau[nege].
Bertolak dari kedua kelemahan tersebut, tampaknya proses pembelajaran melalui sistem tubian dan hafalan akan mendominasi proses pembelajaran MMP dengan metodeini. Padahal, seperti yang Anda ketahui, pendekatan kontekstual merupakan ciri utama dari pelaksanaan Kurikulum SD yang saat ini berlaku. Prinsip „kebermaknaandan menemukan sendiri,‟ sebagai cerminan dari pendekatan tersebut dalam proses pembelajaran menjadi terabaikan, bahkan terhapus dengan penggunaan metode ini.
 Metode Bunyi
Contoh:huruf/b/ dilafalkan [eb] /d/ dilafalkan [ed]
/e/ dilafalkan [e]
/g/ dilafalkan [eg]
/p/ dilafalkan [ep]
catatan :dilafalkan dengan e pepet seperti pelafalanpada katabenar, keras, pedas, lemah
Dengan demikian.kata „nani‟dieja menjadi:
/en-a/à[na]/en-I /à[ni]àdibacaà[na-ni]
Ibu saya melakukan proses pembelajaran membaca permulaan ini melalui proses pelatihan dan proses tubian. Penguat-penguat yang beliau berikan dalam melaksanakan proses pembelajaran membaca permulaan melalui metode ini, mampu membangkitkan motivasi saya untuk terus belajar dan berlatih.Apa yang dapat Anda simpulkan dari pengalaman belajar membaca permulaan seperti yang diilustrasikan tadi? Ya, benar! Proses pembelajaran MMP seperti itu dilakukan melalui „Metode Bunyi‟. Metode ini sebenarnya merupakan bagian dari Metode Eja. Prinsip dasar dan proses pembelajarannya tidak jauh berbeda dengan Metode Eja/Abjaddiatas. Demikian juga dengan kelemahan-kelemahannya. Perbedaannya terletak hanya padacara atau sistem pembacaan atau pelafalanabjad (huruf-hurufnya).
2.      Metode Suku Kata
Proses pembelajaran MMP dengan metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti /ba, bi, bu, be, bo/; /ca, ci, cu, ce, co/; /da, di, du, de, do/; /ka, ki, ku, ke, ko/,dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut, kemudian dirangkaikan menjadi kata-katabermakna.Sebagai contoh, dari daftar suku kata tadi, guru dapat membuat berbagai variasi paduan suku kata menjadi kata-kata bermakna, untuk bahan ajar MMP. Kata-kata dimaksud, misalnya:bo-bicu–cida–da ka–kibi-buca–cidi–daku–kubi–bici–cada–duka–kuba–caka–cadu–kaku–da
Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi kelompok
kata atau kalimat sederhana. Contoh perangkaian kata menjadi kalimat dimaksud, seperti tampak pada contoh di bawah ini.
ka-ki
ku-da
ba-ca
bu-ku
cu–ci
ka–ki(dan sebagainya).
Proses perangkaian suku kata menjadi kata, kata menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana, kemudian ditindaklanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan-satuan bahasa terkecil di bawahnya, yakni dari kalimat ke dalam kata-kata dan dari kata ke suku-suku kata. Proses pembelajaran MMP yang melibatkan kegiatan merangkai dan mengupas, kemudian melahirkan istilah lainuntuk metode ini, yakniMetode Rangkai-Kupas
Jika kita simpulkan, langkah-langkah pembelajaran MMP dengan Metode Suku
Kata adalah:
(1) tahap pertama, pengenalan suku-suku kata;
(2) tahap kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata;
(3) tahap ketiga, perangakaian kata menjadi kelompok kata atau kalimat sederhana;
(4)tahap keempat, pengintegrasian kegiatan perangakaian dan pengupasan:
(kalimatàkata-kataàsuku-suku kata)
Metode Suku Kata/Silabapopuler dalam pembelajaran bacatulis Al-Qur‟an.
Dalam pembelajaran baca tulis Al-Qur‟an, metode ini dikenal dengan istilah
„‟Metode Iqro‟‟.



3.      Metode Kata
Proses pembelajaran MMP seperti yang digambarkan dalam langkah-langkah di atas dapat pula dimodifikasi dengan mengubah objek pengenalan awalnya. Sebagai contoh, 20proses pembelajaran MMP diawali dengan pengenalan sebuah kata tertentu. Kata ini,kemudian dijadikan lembaga sebagai dasar untuk pengenalan suku kata dan huruf.Artinya, kata dimaksud diuraikan (dikupas) menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf. Selanjutnya, dilakukan proses perangkaian huruf menjadi suku kata dan suku kata menjadi kata. Dengan kata lain, hasil pengupasan tadi dikembalikan lagi ke bentuk asalnya sebagaikata lembaga (kata semula).Karena proses pembelajaran MMP dengan metode ini melibatkan serangkaian proses pengupasandan perangkaian maka metode ini dikenal juga sebagai „MetodeKupas-Rangkai‟ (sebagai lawan dariMetode Suku Katayang biasa juga disebut MetodeRangkai-Kupas).Sebagian orang menyebutnya ‟Metode Kata‟atau‟Metode Kata Lembaga‟.

Metode Global
Sebagian orang mengistilahkan metode ini sebagai‟Metode Kalimat‟. Dikatakan
demikian, karena alur proses pembelajaran MMP yang diperlihatkan melalui metode ini diawali dengan penyajian beberapa kalimat secara global. Untuk membantu pengenalan kalimat dimaksud, biasanya digunakan gambar.Di bawah gambar dimaksud, dituliskansebuah kalimat yang kira-kira merujuk pada makna gambar tersebut. Sebagai contoh, jika kalimat yang diperkenalkan berbunyi
‟ini nani‟, maka gambar yang cocok untuk menyertai kalimat itu adalah gambar seorang anak perempuan.
Selanjutnya, setelah anak diperkenalkan dengan beberapa kalimat, barulah prosespembelajaran MMP dimulai. Mula-mula, guru mengambil salah satu kalimat dari beberapakalimat yang diperkenalkan di awal pembelajaran tadi.Kalimat tersebut dijadikandasar/alat untuk pembelajaran MMP. Melalui proses deglobalisasi(proses penguraian kalimat menjadi satuan-satuan yang lebih kecil, yakni menjadi kata, suku kata, dan huruf),selanjutnya anak menjalani proses belajar MMP.
Proses penguraian kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf, tidak disertai dengan proses sintesis (perangkaian kembali). Artinya, huruf-huruf yang telah terurai itu tidakdikembalikan lagi pada satuan di atasnya, yakni suku kata.Demikian juga dengan suku-suku kata, tidak dirangkaikan lagi menjadi kata; kata-kata menjadi kalimat.Sebagai contoh, di bawah ini dapat Anda lihat bahan untuk MMP yang menggunakan Metode Global
1)      Memperkenalkan gambar dan kalimat.
(tolong beri gambar kuda disini)                                 (tolong  gambar dadu disini)  
ini dadu                                                                                   ini kuda                                  
2)      Menguraikan salah satu kalimat menjadi kata; kata menjadi suku kata; suku kata menjadi huruf-huruf.ini dadu
ini dadu
 i -ni da-du
i-n-i d-a-d-u
4.      Metode SAS
“Struktural Analitik Sintetik’’. Metode SAS merupakan salahsatu jenis metode yang bisa digunakan untuk proses pembelajaran membaca dan menulispermulaan bagi siswa pemula.Pembelajaran MMP dengan metodeini mengawali pelajarannya dengan menampilkan dan memperkenalkan sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuahstruktur yang memberi makna lengkap, yakni struktur kalimat.Hal ini dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep „‟kebermaknaan‟‟pada dirianak.Akan lebih baik jika struktur kalimat yang disajikan sebagai bahan pembelajaran MMP dengan metode ini adalahstruktur kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa si pembelajar itu sendiri. Untuk itu, sebelum KBM MMP yang sesungguhnya dimulai, gurudapat melakukan pra
-KBM melalui berbagai cara. Sebagai contoh, guru dapat memanfaatkan rangsang gambar, benda nyata,tanya jawab informal untuk menggali bahasa siswa. Setelah ditemukan suatu strukturkalimat yang dianggap cocok untuk materi MMP, barulah KBM MMP yang sesungguhnyadimulai. Pembelajaran MMP dimulai dengan pengenalan struktur kalimat.Kemudian, melalui proses analitik, anak-anak diajak untuk mengenal konsep kata. Kalimat utuh yang dijadikan tonggak dasar untuk pembelajaran membaca permulaan inidiuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil yang disebut kata. Proses penganalisisan atau penguraian ini terus berlanjut hingga pada wujud satuan bahasaterkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf. Proses penguraian/penganalisian dalam pembelajaran MMP dengan metode SAS, meliputi:
(a)kalimat menjadi kata-kata
(b)kata menjadi suku-suku kata, dan
(c)suku kata menjadi huruf-huruf.
Pada tahap selanjutnya, anak-anak didorong untuk melakukan kerja sintesis(menyimpulkan).Satuan-satuan bahasa yang telah terurai tadi dikembalikan lagi kepada satuannya semula, yakni dari huruf-huruf menjadi suku kata, suku-suku kata menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat. Dengan demikian, melalui proses sintesis ini, anak-anakakan menemukan kembali wujudstruktur semula, yakni sebuah kalimat utuh.Melihat prosesnya, tampaknya metode ini merupakan campuran dari metode-metode membaca permulaan seperti yang telah kita bicarakan di atas.Oleh karena itu, penggunaanmetode SAS dalam pengajaran MMP pada sekolah-sekolah kita ditingkat SD pernah dianjurkan, bahkan diwajibkan pemakaiannya oleh perintah.
Beberapa manfaat yang dianggap sebagai kelebihan dari metode ini, di antaranya sebagai berikut ini.
(1) Metode ini sejalan dengan prinsip linguistik (ilmu bahasa) yang memandang satuan bahasa terkecil yang untuk berkomunikasi adalah kalimat. Kalimat dibentuk oleh satuan-satuan bahasa dibawahnya, ykni kata, suku kata, dan akhirnya fonem (huruf-huruf).
(2) Metode ini mempertimbangkan pengalaman berbahasa anak. Oleh karena itu, penga-jaran akan lebih bermakna bagi anak karena bertolak dari sesuatu yang dikenal dandiketahui anak. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap daya ingat dan pemahaman anak.
(3)Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri (menemukan sendiri).Anak mengenal dan memahami sesuatu berdasarkan hasil temuannya sendiri. Sikap seperti ini akanmembantu anak dalam mencapai kebrhasilan belajar.

Bahan ajar untuk pembelajaran membaca permulaan dengan metode ini tampakseperti berikut.

inimama
inimama
i-ni ma -ma
i-n-im-a-m-a
i-ni ma-ma
inimama
inimama

Uraian ini ditutup dengan sebuah simpulan bahwa“tidak ada metode yang terbaik
dan juga tidak ada metode yang terburuk”. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan.Metode yang terbaik adalah metode yang cocok dengan pemakainya.Setelah Anda mempelajari bermacam-macam metode yang biasa digunakan untuk pembelajaran MMP, tentu Anda berkesimpulan bahwa setiap metode memilki keunggulandan kelemahannya masing-masing.Oleh karena itu, sangatlah keliru jika ada orang yang beranggapan bahwa metode ini merupakan metode yang terbaik dan metode itu merupakan metode yang terburuk.Metode terbaik adalah metode yang paling cocok dengan pembawa metode tersebut.
5.      Model Pembelajaran MMP
Pada bagian ini, kita akan berlatih bagaimana melaksanakan pembelajaran MMP dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dengan mengambil salah satu metode tertentu. Tentu saja, model ini bukanlah satu-satunya acuan yang terbaik, sebab mengajar itu adalah seni. Masing-masing orang mempunyai gaya dan seni tersendiri di dalam mengajar. Yang perlu Anda pahami di sini, bukanlah persoalan teknik dan strategi mengajar, melainkan konsep-konsep pokok langkah
-langkah pembelajaran MMP yang berlandaskan pada penggunaan metode MMP tertentu.
Mengenai pemilihan metode pembelajaran MMP apa yang paling tepat d
igunakan oleh guru bagi pembelajar pemula tidaklah begitu penting. Guru dapat memilih metode MMP yang paling tepat dan paling cocok sesuai dengan situasi dan kondisi siswanya. Namun, penggunaan pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), Pendekatankomunikatif-integratif, dan CTL (Contextual Teaching and Learning) hendaknya benar-benar dilaksanakan oleh setiap guru.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar MMP ini terbagi ke dalam dua tahapan,
yakni (a) pembelaran tanpa buku, dan (b) pembelajaran dengan menggunakan buk
a.      Langkah-langkah Pembelajaran MMP Tanpa Buku
Pembelajaran membaca permulaan tanpa buku berlangsung pada awal-
awal anak bersekolah pada minggu-minggu pertama mereka duduk di bangku sekolah. Hal ini dapat berlangsung kira-kira 8-10 minggu. Jika memungkinkan tenggang waktu tersebut dapat dipersingkat lagi, sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.Berikut ini akan disajikan salah satu model alternatif pembelajaran membacapermulaan tanpa buku. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.
Sebelum KBM dilakukan sebaiknya guru mengawalinya dengan berbagai kegiatan pra-KBM yang dapat merangsang dan menggali pengalaman berbahasa anak.Percakapan-percakapan ringan antara guru dan siswa sebelum KBM dimulai merupakan langkah awalyang bagus untuk membuka pintu komunikasi. Sapaan
-sapaan hangat dan berbagai pertanyaan ringan kepada mereka akan membuat siswa termotivasi untuk betah dan maubelajar di sekolah.

.Demikian seterusnya.Selanjutnya, pilihlah variasi-variasi kegiatan belajar mengajar berikut.
1)Menunjukkan gambar
Variasi ini dilakukan dengan cara guru memperlihatkan sebuah gambar yang
melukiskan sebuah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan dua anak (laki-laki dan perempuan). Hal ini dimaksudkan utnuk menarik minat dan perhatian anak.
2)Menceritakan gambarGuru menceritakan gambar tersebut dengan memberi nama terhadap peran-peran yang terdapat di dalam gambar. Penamaan tokoh-tokoh hendaknya menggunakan huruf-hurufyang pertama-tama hendak diperkenalkan kepada anak. GBPP dan Buku Paket dapat dijadikan acuan untuk
penamaan tokoh-tokoh tersebut. Misalnya, Anda dapatmenyebutkan: “mama”
untuk gambar ibu, “mimi”untuk gambar anak perempuan, dan “nana”untuk gambar anak laki-laki, “bapak”untuk gambar ayah. Tema cerita dapat disesuaikan dengana tema-tema yang terdapat dalam GBPP/Kurikulum atau tema-temayang diperkirakan menarik perhatian anak dan akrab dengan kehidupan anak.
3)Siswa bercerita dengan bahasa sendiriSelanjutnya, satu dua orang siswa diminta menceritakan kembali gambar tersebutdengan bahasanya sendiri.
4)Memperkenalkan bentuk-bentuk huruf (tulisan) melalui bantuan gambarPada fasse ini, guru mulai melepaskan gambar-gambar tadi secara terpisah danmenempelinya dengan tulisan sebagai keterangan atas gambar tadi. Sebagai contoh: dibawah gambar ibu tertera tulisan yang berbunyi, “ini mama”atau“ini ibu”(bergantung kepada pemilihan metode MMP yang Anda gunakan: Metode SAS,Metode Kata, Metode Eja, dan seterusnya).
5)Membaca tulisan bergambarPada fase ini, guru mulai melakukan proses pembelajaran membaca sesuai dengan metode yang dipilihnya. Jika menggunakan Metode Eja atau Metode Bunyi pengenalanlambang tulisan akan diawali dengan pengenalan huruf-huruf melalui proses drill(teknik tubian) atau proses hafalan. Jika menggunakan Metode Global atau MetodeSAS proses pembelajaran membaca akan dimulai dari pengenalan struktur kalimat (sederhana); lalu diuraikan menjadi kata, kata menjadi suku kata, hingga unit terkecil ditingkat huruf. Setelah itu dilakukan sintesis (perangkaian) huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat, hingga kembali lagi ke struktur semula.
6)Membaca tulisan tanpa gambar
Setelah proses ini dilalui, langkah selanjutnya guru secara perlahan-lahan dapat
menyingkirkan gambar-gambar tadi dan siswa diupayakan untuk melihat bentuk
tuliannya saja. Kegiatan ini dapat disertai dengan penyalinan bentuk tulisan di papan tulisan dan guru menyajikan wacana sederhana yang dapat memberikan keutuhan makna atau keutuhan informasi kepada anak.Misalnya, guru dapat menyajikan wacana seperti berikut.ini mama
ini mimi
ini nana
ini mama
mimiini mama nana
7)Memperkenalkan huruf, suku kata, kata, atau kalimat dengan bantuan kartuBerikut ini akan disajikan berbagai alternatif pengenalan berbagai unsur bahasa melaluikartu-kartu.
(a memperkenalkan unsur  kalimat/ kata  
(b)memperkenalkan unsur kata/suku kata
(c)memperkenalkan unsur suku kata/huruf
Ada hal penting yang harus diperhatikan guru dalam menguraikan suku kata
menjadi bunyi-bunyi huruf. Perhatikan ilustrasi berikut.
(Guru memperlihatkan kartu suku kata [ma])
Guru: /ma/ (suku kata ini diucapkan panjang dan bunyi [m] didengungkan
Murid : [mmm] (panjang)
Guru : Lalu?
Murid : [a...] (panjang)
(d)memperkenalkan unsur suku kata/huruf
merangkai suku kata menjadi kataAnda dapat melakukannya seperti pada butir (d) di atas, namun kartu yang dipergunakan untuk merangkai kata adalah kartu-kartu suku kata.Demikianlah model-model alternatif pengajaranmembaca permulaan tanpa buku
b.      Pengajaran menulis permulaan tanpa buku
Dapat dilakukan melalui pelatihan
mekanik untuk melemaskan otot-otot tangan, misalnya berlatih membuat telur atau lingkaran di udara, membuat pagar di udara, menirukan gambar huruf di
udara, dan sejenisnya.Langkah-langkah Pembelajaran MMP dengan Menggunakan BukuSetelah Anda memastikan diri bahwa murid-murid Anda mengenal bentuk-bentuk tulisan dengan baik melalui pembelajaran membaca tanpa buku, langkah selanjutnya anak-anak mulai diperkenalkan dengan lambang
-lambang tulis yang tercetak di dalam buku. Langkah aal yang paling penting di dalam pembelajaran MMP dengan buku adalahbagaimana menarik minat dan perhatian siswa agar mereka tertarik dengan buku (bacaan) dan mau belajarsendi
ri yang dilandasi motivasi intrinsik. Kondisi belajar terpakasa atau dipaksakan harus dihindari.Ada beberapa tawaran alternatif langkah pembelajaran MMP dengan menggunakan buku.Kegiatan pembeljaran pada fase ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan awal, yakni pembelajaran MMP tanpa buku.Dengan demikian, diasumsikan anak-anak tidak berangkat dari kondisi nol. Berikut beberapa alternatif pembelajaran yang penulis tawarkan.
a.Membaca Buku Pelajaran (Buku Paket)
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut ini.
1)Siswa diberi buku (paket) yang sama dan diberi kesempatan untuk melihat-lihat isi buku tersebut. Mereka mungkin membuka-buka dan membolak-balik halaman demi halaman dari buku tersebut hanya sekedar untuk melihat-lihat gambarnya saja.Oleh karena itu penting bagi guru untuk mempertimbangkan segi kemenarikan ilustrasi di dalam memilih buku ajar untuk siswa.
2)Siswa diberi penjelasan singkat mengenai buku tersebut: tentang warna, jilid,
tulisan/judul luar, dan sebagainya.
3)Siswa diberi penjelasandan petunjuk tentang bagaimana cara membuka halaman-halaman buku agar buku tetap terpelihara dan tidak cepaat rusak.
4)Siswa diberi penjelasan mengenai fungsi dan kegunaan angka-angka yang
menunjukkan halaman-halaman buku.
5)Siswa diajak memusatkan perhatian pada salah satu teks/bacaan yang terdapat pada halaman tertentu.
6)Jika bacaan itu disertai gambar, sebaiknya terlebih dahuku guru bercerita tentang gambar dimaksud.

7)Selanjutnya, barulah pelajaran membaca dimulai. Guru dapat mengawali
pembelajaran ini dengancara yang berbeda-beda. Ada yang mengawalinya dengan pemberian contoh (pola kalimat yang tersedia dengan llafal dan intonasi yng baik dan benar), ada yang langsung meminta contoh dari salah seorang siswa yang dianggap sudah mampu membaca dengan baik (melek huruf), atau dengan cara lainnya.30Pembelajaran membaca selanjutnya dapat dilakukan seperti contoh-contoh model pembelajaran membaca tanpa buku. Perbedaannya terletak pada alat ajarnya.Membaca tanpa buku dilakukan dengan memanfaatkan gambar-gambar, kartu-kartu, dan lain-lain;sementara membaca dengan menggunakan buku memanfaatkan buku sebagai alat dan sumber belajar.
b.Membaca Buku dan Majalah Anak yang Sudah TerpilihPengenalan terhadap jenis bacaan lain selain buku ajar sangat membantu anak didalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca sejak dini. Namun, tentu sajapemilihan buku dan majalah bebas itu perlu dilakukan guru dengan mempertimbangkan taraf kemampuan siswa, azas kebermaknaan dan kebermanfaatan, kemenarikan, keterbacaan, dan kemudahan memperolehnya.Untuk langkah awal, bacaan-bacaan sederhana hendaknya menjadi pilihan utama.Kosakata yang dipakai dalam bacaan tersebut hendaknya mengandung huruf-huruf yang sudah dikenal anak, di samping pemakaian kosakata yang juga dianggap yang sudah dikenal anak.
c.Membaca Bacaan Susunan Bersama Guru-Siswa
Untuk menerapkan model ini, langkah-langkah yang ditempuh antara lain:
1)Guru memperlihatkan beberapa gambar, anak diminta menyebutkan gambar
-gambar tersebut.
2)Di samping gambar, guru juga memperlihatkan beberapa kartu (bisa kartu huruf, kartusuku kata, atau kartu kata). Anak diminta menempelkan kartu
-kartu dimaksud di bawah gambar sehingga gambar-gambar dimaksud menjadi berjudul.
3)Satu-dua buah gambar dipilih anak untuk bahan diskusi dan sebagai stimulasi untuk membuat bacaan bersama. Melalui arahan dan bimbingan guru, misalnya melalui kegiatan tanya jawab, diharapkan guru dan siswa dapat menyusun bacaan bersama.


EmoticonEmoticon