Rabu, 23 Maret 2016

PERKEMBANGAN ANAK USIA SATU SAMPAI DENGAN EMPAT TAHUN

Tags



USIA SATU SAMPAI DENGAN EMPAT TAHUN
A.      Perkembangan Sesudah Tahun Pertama
Delapan  tanda esensial perkembangan anak akhir tahun pertama dan awal 4 tahun.
1.    Awal periode anak bisa duduk, berdiri dan berjalan dengan bantuan. Usia 4 tahun dapat meloncat, memanjat, merangkak di bawah meja dan kursi, melakukan gerakan kasar dan halus dengan tangan, kaki, dan jarinya.
2.    Usia 4 tahun tangan dan mata berkoordinasi baik, berorientasi dalam situasi yang tidak asing. Tangan anak alat untuk bereksplorasi keliling melalui manipulasi benda.
3.    Anak 4 tahun dapat berbahasa secara aktif.
4.    Akhir pe riode tahu pengertian benda menurut warna dan bentuk, membedakan suara keras dan lembut, tahu nama benda dan menanyakan yang belum diketahui.
5.    Usia 4 tahun mengerti ruang dan waktu. Mampu menguasai tugas-tugas yang ada.
6.    Pengertian norma pada usia 4 tahun sudah ada.
7.    Kebutuhan untuk berbuat sesuatu makin lama makin ditentukan secara kognitif.
8.    Anak tidak hanya ingin bersama orang dewasa, tapi bergaul secara aktif dengan mereka. Akhir periode mampu bermain bersama anak sebaya dan memperhatikan aturan yang ada.

Permanensi Objek dan Konstansi Besar dan Bentuk
Kemampuan elementer bayi minggu pertama, mengamati realitas secara akurat adalah konstansi besar dan bentuk. Objek sama besar, pengertiannya konstansi besar. Penting bagi anak tetek, tidak perlu mengkonstruksi gambaran objek yang sama dilihat dari jarak dan sudut yang berbeda.
Hal yang nampak sama tapi tidak boleh dikacaukan konstansi besar dan bentuk, yaitu permanensi objek. Kecakapan psikis suatu objek tetap ada meski tidak nampak dan tidak bersangkutan dengan aktivitas waktu itu. Piaget mengemukakan permanensi objek terjadi pada sub stadium ke 4 (8-12 bulan) periode sensori-motorik. Tapi belum sempurna. Sub stadium ke 5 (12-18 bulan) objek tidak hanya sebagai hal yang ada, melainkan benda unik dan berdiri sendiri.

B.       Perkembangan Fisik dan Psikomotorik
Umur kerangka (skelet) dilihat dari pergeseran tulang tangan anak. Tahun ke 5 mulai disebut “Gestaltwandel” pertama. Anak mempunyai kepala relatif besar dan anggota badan pendek mulai mempunyai proporsi badan seimbang. Gestaltwandel kedua mulai umur 10 tahun, ketika mulai pubertas atau perkembangan seksualitas. Usia 3 tahun otomatis dapat berjalan. 4 tahun hampir berjalan seperti orang dewasa. Tapi belum dapat menyandarkan berat badannya pada satu kaki. Perkembangan mekanisme keseimbangan untuk berjalan tegak.

 Bila anak dapat berjalan ia akan mencoba berbagai variasi. Usia 2 atau 3 tahun dapat lari, tapi belum mampu berhenti dengan cepat atau membalik. Usia 4-5 tahun dapat berhenti dan berbalik. 5 atau 6 tahun dapat berlari seperti orang dewasa dan menggunakan kemampuan dalam aktivitas bermain. 18 atau 20 bulan dapat memanjat tangga dengan bantuan. Usia 6 tahun menjadi pemanjat yang baik. Usia 2 atau 3 tahun anak belajar meloncat, berjingkat, dan variasi berjalan. 29 bulan dapat berdiri di atas sebelah kaki. Usia 3 tahun sukar menangkap bola atau memukul bola dengan tongkat. Usia 4 tahun belajar berbagai macam koordinasi visio motorik. Aktivitas sonco-motorik diintegrasi menjadi aktivitas yang dikoordinasi. Tahun ke 4 pola lokomotorik dapat dikuasai.
Perkembangan persepsual dipengaruhi faktor keliling, yang terjadi adalah perkembangan pengamatan bentuk. Usia 5 atau 6 tahun anak dapat melihat benda secara khusus. Kern berpendapat anak tidak dapat melihat terperinci, dianggap tidak mampu membeda-bedakan, sehingga tidak mampu pergi sekolah. Membaca dan menulis berarti dapat memisahkan hal khusus. Schenk, kelemahan membaca atau legasteni, yaitu kesukaran memisahkan huruf dari kata-kata. Anak mampu melakukan tindakan kebersihan kurang lebih usia 15 bulan. Bila dilatih sebelum 15 bulan dapat menimbulkan pengalaman traumatis. Akibatnya anak sering “ngompol” saat ia sudah dapat bersih atau menunjukkan gangguan tingkah laku lain.

C.       Perkembangan Kepribadian dan Perkembangan Sosial
1. Tingkah Laku Lekat Sesudah Umur Satu Tahun
Terjadinya tingkah laku lekat dapat ditinjau dari dua segi, yaitu karena proses belajar dan ciri khas manusia untuk bercakap-cakap, memanipulasi, dan eksplorasi benda. Tingkah laku lekat merupakan kecenderungan anak sebelum proses belajar terjadi. Hubungan yang dyadis merupakan sifat khas hubungan antara ibu dan anak, tingkah laku lekat dipandang sebagai “sifat structural dari hubungan ibu dan anak”. ada dua teori yang dipakai dalam hal ini, yaitu:
a.      Teori diferensiasi
Pendapat Bowlby. Anak mencari kontak sosial serta kehangatan dan kasih sayang. Anak mempunyai pilihan terhadap: ibu, ayah, atau anggota keluarga lain. Ketergantungan menjadi kecenderungan umum untuk mencari kontak sosial lepas dari identitas orangnya. Menurut Bowlby ibu dipandang sebagai figure sentral anak. Kasih sayang ibu adalah essensial untuk perkembangan psikis yang sehat. Menurut Rutter ibu tidak selalu menjadi objek kelekatan. Diferensiasi anak dianggap relatif punya kelekatan dengan ibu sampai ±6 tahun, kemudian mengadakan ikatan dengan orang dewasa lain. Bowlby mengemukakan sesudah 3 tahun anak merasa aman dalam situasi asing bersama objek lekat pengganti yang dikenal anak, saat dalam kondisi sehat, dan tahu posisi ibunya serta mudah mencari kontak dengannya.
b.      Teori parallel
Maccoby, Masters, dan Hartup berpendapat sesudah umur 1 tahun anak menunjukkan tingkah laku lekat terhadap orang dewasa maupun anak sebaya lain. Observasi keadaan Indonesia menunjukkan bayi mengalami pola asuh yang tergantung pada situasinya. Contoh hal ini dapat dikemukakan antara lain:
1.    Seorang penulis mendengar percakapan mengenai anak yang tidak ada pada. Hal itu membuktikan besarnya pengaruh tingkah laku anak terhadap anak lain sehingga menjadi objek percakapan.
2.    Hubungan fungsional antara anak dalam permainan mempunyai sifat yang berbeda hubungannya dengan orang dewasa. Dalam bermain dengan teman terlihat tingkah laku koperatif berubah menjadi tingkah laku agresif. Perubahan emosional ini dapat diketemukan suatu keseimbangan yang baik, tidak terjadi dalam hubungannya dengan orang dewasa.
3.    Harlow meneliti kera Rhesus dalam isolasi. Usia 6 bulan ada pertengkaran dan tingkah laku agresif sementara yang menghilang dalam beberapa waktu dan nampak lagi. Umur 1,5 tahun, keagresifan menunjukkan keinginan menyakiti dan merugikan makhluk lain yang bersifat permanen. Keagresifan pada sejumlah kera dalam isolasi tidak nampak pada kera yang berkelompok.
Tingkah laku koperatif, altruistis dan agresif dipengaruhi oleh“role taking” dan egosentrisme. Makin berkembang ambil alih peran makin kecil egosentrisme dan sebaliknya. Hal itu tetap ada sepanjang hidup tetapi bersifat saling menghambat.
c.       Egosentrisme
Pemusatan diri sendiri dan proses dasar tingkah laku anak; pengamatan anak ditentukan oleh pandangan sendiri;belum berorientasi mengenai pemisahan subjek-objek. Perasaan dan pandangan terpusat pada diri sendiri. Egoisme menunjukkan ketamakan. Berikut ini merupakan macam bentuk egosentrisme:
1.    Egosentrisme dalam stadium sensomotorik (0-18)
Ketidakmampuan berdiferensiasi antara diri sendiri dan dunia luar. Diferensiasi berkembang selama 18 bulan. Menurut Piaget dan Inhelder 18 bulan pertama perubahan kearah desentrasi umum, anak merupakan objek dalam hubungan dengan objek lain.
2.    Egosentrisme dalam stadium pra-operasional (±18 bulan - ±tahun ke 6)
Kemampuan anak bekerja dengan tanggapan. Mulai memakai simbol dan kata. Ia tidak dapat membedakan antara simbol dan artinya, antara permainan dan bayangan impian yang dibuat sendiri dengan kenyataan. Sering dibedakan antara socialized speech dan private speech yaitu tidak ada nilai komunikatif nya; anak bicara sendiri. Tidak ada anak normal dalam periode perkembangan yang menggunakan bahasa hanya untuk komunikasi dengan dirinya sendiri saja”. Mueller menunjukkan umur 3 tahun tidak terdapat egosentrisme dalam penggunaan bahasa, bahasa selalu mempunyai nilai komunikatif.
3.    Egosentrisme dalam stadium operasional konkrit (± 6- ± 11 tahun)
Belum mampu membedakan hasil cipta mental dengan hal yang nyata. Menurut Elkind egosentrisme anak ditandai realitas asumtif, anak melihat kenyataan berdasar informasi terbatas. Memandang orangtua serba tahu. Ditarik konklusi umum, orang tua sebetulnya tidak mengerti apa-apa. Mereka lebih percaya pada teman sebaya atau pada guru. Elkind menamkan rasa superioritas kognitif ini sebagai keseimbangan kognitif.
4.    Egosentrisme pada remaja
Piaget, umur 11 tahun mampu beroperasi formal serta berfikir hipotetis-deduktif mampu menganalisis pikiran sendiri dan orang lain. Menurut Elkind hal itu merupakan inti egosentrisme remaja. Elkind menanamkan pengharapan dirinya yang akan dipikirkan orang lain tentang dirinya sebagai “public imajiner”. Egosentrisme yang spesifik hanya berlangsung sementara, namun juga lama.
5.    Egosentrisme pada orang dewasa
Belum dapat ditentukan umur yang tepat, karena belum adanya penelitian.
6.     Egosentrisme pada orang tua
a.          Regresi kognitif, kemajuan yang berkurang dalam bidang kognitif.
b.          Terjadi pelepasan tingkah laku lekat.
c.          Sikap fleksibel berkurang hingga timbul rigiditas.
d.      Tingkah laku ambil alih peran
Proses social dan proses kognitif bahwa orang dapat menempatkan diri pada motif, perasaan, pikiran, dan tingkah laku orang lain. Dapat menempatkan diri dalam keadaan orang lain berarti orang dapat membedakan dasar pandangan orang lain dari dasar pandangan sendiri disebut desentrasi social. Bentuk ambil alih peran:
1.                  Ambil alih peran persepsual
Meramalkan yang dilihat orang mengenai objek yang sama, dari pandangan perspektif yang berbeda.
2.                  Ambil alih peran konsepsual
Kecakapan menempatkan diri dalam pembentukan pengertian atau konsep orang lain.
3.                  Ambil alih peran emosional-motivasional
Kecakapan ikut merasakan secara konkrit alam perasaan dan motif orang lain. Makin berkurang egosentrisme, makin bertambah kemampuan ambil alih perannya. Ambil alih peran merupakan proses hidup meskipun kualitasnya berbeda.
Gambaran Mengenai Program Stimulasi Kognisi Sosial
Perkembangan social kognitif yang dikemukakan Selman terdapat 8 kecakapan: mengidentifikasi, mendiskriminasi, mendiferensiasi dan membandingkan, menempatkan diri pada tempat orang lain, bersikap relative, mengkoordinasi dan memasukkan dalam perhatian.
e.        Belajar Model
Proses menirukan tingkah laku orang lain yang dilihat, dilakukan secara sadar atau tidak. Model pribadi; menirukan demi sifat tingkah laku pribadi. Model posisional: menirukan demi posisi social, kesuksesan, umur, jenis sekse. Menurut Bandura tingkah laku orang terjadi karena pengamatan. Syarat untuk menirukan model dengan baik:perhatian, retensi, reproduksi motoris, reinforsemen dan motivasi.
f.       Periode Perkembangan Fase Kepala Batu
Menurut Hetzer dan Remplein hal ini dianggap sebagai proses inti perkembangan kemauan dan kepribadian. Reaksi pembangkangan berbeda dengan sikap tidak mau menurut, agresi, ingin punya pendapat sendiri, malu, terhambat dan mengadu kekuatan secara main-main. Reaksi ini berhubungan dengan sifat pendidikan orang tua. Inti penyebab reaksi pembakangan adalah berfungsinya dua hal yang diskrepan pada diri anak yaitu diskrepansi antara apa yang dikehendaki anak dengan apa yang dapat dimengerti secara intelektual.
g.      Periode permainan dan tingkah laku bermain
Anak dan permainan merupakan dua pengertian yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pada awalnnya dunia anak dan dunia orang dewasa tidak dapat dipisahkan, namun dalam dunia yang sudah  maju dunia anak betul-betul sudah terpisah dengan dunia orang dewasa.
1)                Teori-teori permainan
Spencer menandaskan bahwa permainan merupakan kemungkinan penyaluran bagi manusia untuk melepaskan sisa-sisa energi. Seorang ahli spikologi Rusia Ljublinskaja (1961) memendang permainan sebagai pencerminan realitas, sebagai bentuk awal memperoleh pengetahuan.
2)                Struktur atau ciri-ciri esensial tingkah laku bermain
Berdasarkan analisa fenomenologis  maka Buytendijk (1887-1974) menemukan cirri-ciri permainan sebagai berikut
a)        Permainan adalah selalu bermain dengan sesuatu
b)        Dalam permainan selalu ada sifat timbale balik, sifat interaksi
c)        Permainan berkembang, tidak statis melainkan dinamis
d)       Permainan juga ditandai oleh pergantian yang tidak dapat diramalkan lebih dahulu.
e)        Orang bermain tidak hanya bermain dengan sesuatu atau dengan orang lain, melainkan yang lain tadi juga bermain dengan orang yang bermain itu.
f)         Bermain menuntut ruangan bermain dan menuntut  aturan-aturan permainan.
g)        Aturan-aturan permainan membatasi bidang permainan.
3)                Syarat-syarat permainan
a.    Perlindungan
b.    Stimulasi
c.    eksplorasi
4)                Konsekuensi permainan
Penelitian mengenai permainan pada anak-anak membuktikan bahwa permainan dapat memejukan aspek-aspek perkembangan seperti motorik,kreatifitas, kecakapan-kecakapan social dan kognitif dan juga perkembangan motifasional dan emosional.
5)                Bentuk-bentuk permainan
a.    Menurut Buhler permainan gerak dan permainan fungsi (dari lahir sampai ± 3 tahun) berbagai macam aktifitas motorik, vocal, dan penginderaan. Permainan peranan, permainan fantasi dan permainan fiksi (usia 2-5 tahun) semua aktivitas  mempunyai sifat “seakan-akan”. Permainan reseptif (ada sesudah tahun ke 2 dan tidak ada puncak yang terkait pada usia tertentu), permainan konstruksi (sudah ada mulai usia 2 tahun dan meningkat terutama mulai usia 5 tahun)
b.   Menurut Parten gerakan yang terarah : tidak berbuat apa-apa, jalan-jalan, melihat kesana-kesini, bermain-main dengan badan sendiri. Tingkah laku pengamat (onlooker beharvior): melihat anak-anak lain yang sedang bermain. Permainan solitair: bermain sendiri mencari kasibukan sendiri. Permainan parallel : bermain dengan permainan yang sama tanpa ada tukar-menukar alat permainan tanpa ada komunikasi. Permainan asosiatif : anak-anak bermain bersama-sama tetapi tanpa ada pemusatan terhadap suatu tujuan, tanpa ada pembagian peranan dan alat-alat permainan. Permainan kooperatif : kerjasama dan koordinasi dalam alat-alat dan peranan-peranan, ada perjanjian dan pembagian  “tugas-tugas”.
c.    Menurut Piaget permainan latihan (terutama selama 2 tahun pertama): latihan memperlakukan benda-benda untuk mengerti sifat-sifatnya,memperluas pengetahuannya. Permainan simbolis (terutama sesudah tahun ke 2) : banyak persamaan dengan permainan fiksi Buhler; anak belajar untuk menyesuaikan kebutuhan-kebutuhannya dan keinginan-keinginannya pada kenyataan (bandingkan asimilasi). Permainan aturan (antara 7 dan 11 tahun): mengerti aturan-aturan, yaitu aturan-aturan objektif lepas dari waktu dan orang-orang tertentu. Dipelajari melalui aktivitas-aktivitas permainan.
d.   Menurut Caillois : Agon (Yunani = permainan kompetisi); setiap orang mempunyai kebutuhan untuk menonjol dalam suatu bidang, pertandingan memberikan kesempatan untuk hal ini. Alea (Latin = dadu): tidak tergantung kekuatan sendiri tetapi karena sifat kebetulan; main judi; mengadu nasib dan ingin menguasai. Mimicry (Yunani = menirukan); lepas dari diri sendiri dengan menjadi orang orang lain, berbuat seakan-akan untuk melebihi keterbatasan sendiri. Ilin (Yunani = pusaran); permainan yang mengandung bahaya dan resiko, misalnya autocross, naik gunung (menaklukkan puncak gunung).
h.       Gambaran anak
Seperti halnya bernain, maka menggambar juga merupakan suatu aktivitas yang spontan. Anak menggambar segera sesudah mereka mampu memegang pensil atau alat tulis lainnya. Anak bias melakukan hal itu mulai berusia ± 52 minggu. Gambar anak merupakan tolok ukur perkembangan kecerdasan. Meskipun gambaran tidak sempurna, namun gambaran tadi dapat memberikan pengertian akan kualitas pengamatan kritis anak.
D.      Perkembangan Bahasa
1)             Perkembangan dalam sejarah
Pada abad-abad permulaan terdapat pengertian bahwa bahasa itu merupakan perjanjian yang disengaja antar manusia. Dalam bukunya Die krise der psychologie  Buhler mengajukan kritik untuk dapat mengatasi krisis dalam psikologi. Menurut  Buhler ada tiga macam factor yang menentukan dalam teori bahasa, yaitu
a.         Appell
Berarti bahwa bila kita ingin menyatakan sesuatu harus juga ada orang yang dapat dicapai oleh pernyataan tadi.
b.                                                         Ausdruck
c.                                                          Darstellung
Kedua aspek ini yaitu Appell dan Ausdruck juga ditemukan kembali  dalam komunikasi hewani, tetapi aspek yang ketiga yaitu aspek kemampuan untuk melukiskan sesuatu, meletakkan atau mengerti hubungan antara hal yang satu dengan yang lain, dapat menformulasi ide-ide, adalah sifat-sifat manusia yang spesifik, hanya manusia yang dapat mengatakan Darstellung.

2)             Pandangan yang nativistis
Menurut pandangan yang nativisme atau organism maka struktur bahasa telah ditentukan secara biologis. Tokoh yang penting dari pandangan ini adalah ahli linguistic Chomsky. Anak sejak mula sudah mempunyai kemampuan untuk berkembang bahasanya.

3)             Pandangan yang empiri dan yang mendasarkan diri pada teori belajar.
Pandangan ini bertitik tolak pada pendapat bahwa anak dilahirkan tidak membawa apa-apa. Ia masih harus banyak belajar, juga belajar bahasa yang dilakukan anak melalui imitasi, belajar model dan belajar dengan reinforsmen. Tokohnya adalah Skinner (1972) dan Bandura (1969).

4)             Permulaan bicara: meraban(mengoceh)
Suara pertama anak yang dilakukan anak adalah jerit tangis pada waktu dilahirkan. Tangis pertama ini berguna untuk memungkinkan anah dapat bernafas, karena mulai saat itu anak harus bernafas sendiri. Meraban dimulai sekitar umur 3 bulan. Buhler menyebutnya sebagai monolog ocehan. Tingkah laku ini berlangsung sampai umur 9 atau 12 bulan. Sedangkan anak sudang mengungkapkan kata-kata pertama mulai usia 9 bulan.
Meraban atau mengoceh mempunyai variasi yang lebih banyak dari pada menangis. Dengan  ocehan dapat dinyatakan perasaan-perasaan positif, juga tedengar variasi banyak dalam suara-suara yang dikeluarkan. Mulai bulan ke 6  maka ocehan mempunyai fungsi komunikatif. Anak tidak sekedar mengoceh tetapi sudah jelas merupakan reaksi terhadap orang lain yang mencari kontak verbal dengan anak tersebut.1
5)             Kalimat satu kata dan kalimat dua kata.
Satu kata yang diucapkan oleh anak harus dianggap sebagai satu kalimat penuh. Misalnya anak mengatakan kursi maka hal itu dapat berarti saya mau duduk di kursi atau mama harus duduk dikursi, atau saya minta kursi untuk naik diatasnya untuk mengambil itu. Itulah sebabnya mengapa ucapan satu kata ank ini dipandang sebagai kalimat satu kata.

6)             Kalimat tiga kata
Dari kalimat dua kata berkembanglah lambat laun kalimat tiga kata yang didalam arti structural mula-mula masih mirip dengan kalimat dua kata. Perubahan ini terjadi kurang lebih antara bulan ke 24 dan bulan ke 30.

7)             Penelitian mengenai kecakapan berbahasa
Penelitian bahasa pada umumnya dibedakan antara :
a.         Perkembangan fonologi atau penguasaan system suara atau bunyi.
b.         Perkembangan morfologis atau penguasaan pembentukan kata-kata
c.         Perkembangan sintaksis atau penguasaan tata bahasa.
d.        Perkembangn leksikal atau penguasaan dan perluasan kekayaan kata-kata serta pengetahuan tentang arti kata.
e.         Perkembangan semantic atau penguasaan arti bahasa.

8)             Perkembangan semantic
Sangat sedikit diketahui mengenai perkembangan kemampuan sintaktis anak, lebih-lebih mengenai perkembangan semantisnya.(Dale, 1972)

E.       Anak Dalam Keluarga
Aries (1962) mengemukakan suatu tinjauan historis mengenai relasi antara anak dan keluarga yang lebih berhubungan dengan lingkungan social yang lebih rendah. Relasi tersebut jika dibandingkan dengan keadaan sekarang adalah sebagai berikut :
1.         Abad ke 17 anak dipercayakan pada orang lain, mereka dimasukkan kedalam asrama-asrama yang biasanya mempunyai sekolah-sekolahnya sendiri. Sekarang anak mempunyai kedudukan yang penting dalam keluarga dan pergi belajar ke sekolah biasa.
2.         Abad ke 18 anak laki-laki tertua sangatlah dinomersatukan, dia merupakan jaminan warisan keluarga. Sekarang semua anak mempunyai hak yang sama, mereka semua mendapatkan kasih saying dan berhak memperoleh pendikan yang sama.
3.         Abad ke 18 kehidupan keluarga serta aktivits-aktivitasnya dipusatkan pada kehidupan bersam dalam masyarakat. Sekarang di masyarakan Eropa,  terutama kepentingan keluarga yang menonjol. Titik berat diletakkan pada kesejahteraan anak. Di Indonesia meskipun kepentingan anak sebagai individu dipentingkan tetapi juga kegunaan mereka dalam pembangunan mesyarakat diperhatikan.
4.         Abad ke 18 dan ke 19  pendidikan formal bagi wanita sangat langka. Sekarang pendidikan formal bagi anak wanita merupakan suatu hal yang biasa dan umum, meskipun masih ada sedikit keterbelakngan terhadap laki-laki, tetapi hal itu segera dapat dikejar.


EmoticonEmoticon