Rabu, 23 Maret 2016

STRATEGI EFEKTIF PEMBELAJARAN PKn SD/MI

Tags



STRATEGI EFEKTIF PEMBELAJARAN PKn

       I.            Pendahuluan

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Memperhatikan betapa strategisnya kajian tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam ikut serta mewujudkan jati diri warga Negara Indonesia yang mandiri, demokratis, bertanggung jawab, tolerans dan berkeadaban, sudah barang tentu dalam pelaksanaan proses pembelajarannya haruslah diselenggarakan dengan baik dan senantiasa mempehatikan berbagai temuan dan inovasi pendidikan terutama di bidang strategi pembelajaran. Yang demikian ini menjadi penting adanya karena strategi pembelajaran yang baik akan dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang kreatif, dinamis, dan jauh dari situasi yang mekanistis. Strategi pembelajaran PKn diharapkan kemampuan pendidik untuk menyebutkan, membedakan, dan menerapkan, strategi-strategi pembelajaran dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Didalam Permen Diknas Nomor 22 tahun 2006, Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Dalam melaksanakan pembelajaran PKn ditingkat SD/MI, guru perlu mengembangkan  startegi/taktik yang tepat,  dengan pendekatan-pendekatan dan mode-model belajar yang akan diterapkan serta didukung oleh metode dan media yang efektif. Hal ini akan membantu guru dalam memahami dan membantu siswa untuk berlatih mengamalkan nilai moral Pancasila dan budi pekerti yang dipelajari di sekolah. Dari sekian banyak pendekatan dan model serta metode pembelajaran,  perlu dipilih beberapa pendekatan dan  model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan siswa Sekolah Dasar (SD) serta sifat tujuan yang ingin dicapai dari proses pembelajaran PKn di SD. Dalam makalah ini penulis mencoba untuk membahas bagaimanakah strategi pembelajaran PKn yang efektif.

     II.            Pembahasan
a.      Pengertian dan Sejarah PKn

Pendidikan Kewarganegaraan atau disingkat PKn merupakan bidang kajian yang bersifat multifaset yang bidang keilmuannya bersifat interdisipliner, multidisipliner bahkan multidimensional. Namun, menurut seorang ahli ilmu politik yang bernama Chreshore (1886), secara filsafat keilmuan ia berasal dari ilmu politik khususnya dari konsep “political democracy” untuk aspek “duties and rights of citizen”. Dari ontology pokok inilah berkembang konsep “Civics”, yang secara harfiah diambil dari bahasa Latin “civicus” yang artinya warga negara pada jaman Yunani kuno, yang kemudian diakui secara akademis sebagai embrionya “civic education”, yang selanjutnya di Indonesia diadaptasi menjadi “pendidikan kewarganegaraan” (PKn). Dari sudut pandang epistemologis, menurut Barr, Barrt, dan Shermis (1978), PKn sebagai suatu bidang keilmuan merupakan pengembangan dari salah satu dari lima tradisi“social studies” yakni“citizenship transmission”. Saat ini tradisi itu sudah berkembang pesat menjadi suatu “body of knowledge” yang dikenal dan memilikiparadigma sistemik yang didalamnya terdapat tiga domain “citizenship education” yakni: domain akademis, domain kurikuler, dan domain sosial kultural” (Winataputra:2001)

b.      Strategi Pembelajaran PKn

 Ada beberapa jenis strategi dan metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran PKn sebagaiberikut.
1.      Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Beberapa strategi dan metode yang termasuk ke dalam jenis ini meliputi: gambaran ikhtisar terstruktur (structured overview), ceramah (lecture), demonstrasi, membandingkan dan mengontraskan/mempertentangkan (compare and contrast). Secara umum, pembelajaran langsung ini menggunakan pendekatan ekspositori, bersifat satu arah, dan peran guru sangat dominan. Metode pembelajaran langsung ini sangat efektif apabila digunakan oleh seorang guru yang memiliki bakat sebagai orator. Berikut ini adalah metode pembelajaran compare and contrast sebagai salah satu metode pembelajaran langsung.
Metode pembandingan dan pengontrasan digunakan untuk menandai persamaan dan perbedaan antara satu dengan yang lain. Dalam metode ini ada tindakan pengelompokan. Sebenarnya selain dikelompokkan kedalam pembelajaran langsung, metode ini dapat pula dimasukkan ke dalam metode pembelajaran tidak langsung karena ada tuntutan yang mengajak siswa untuk bersama-sama mengelompokkan istilah, kosa kata, dan ciri-ciri dari kata kuncisuatu konsep.
Tujuannya adalah membantu siswa membedakan antara berbagai jenis gagasan atau kelompok gagasan konseptual. Dalam pembelajaran PKn, tentu saja banyak jenis konsep yang abstrak sehingga memerlukan penjelasan dan untuk memahami konsep tersebut perlu ada pembandingan dan pengontrasan agar mudah dipahami oleh siswa.
2.      Pembelajaran Interaktif (Interactive Instruction)

Beberapa strategi dan metode yang termasuk ke dalam jenis pembelajarn interaktif meliputi: debat, bermain peran (role playing), curah pendapat (brainstorming), diskusi, kelompok belajar kooperatif (cooperative learning groups), jigsaw, pemecahan masalah, kelompok tutorial, wawancara, dan konferensi. Secara umum, pembelajaran interaktif ini menggunakan pendekatan siswa aktif, bersifat dua arah, dan peran siswa lebih dominan.
Metode pembelajaran interaktif sangat tepat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam belajar. Berikut adalah uraian beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran PKn di madrasah ibtidaiyah.
a.       Debat

Debat adalah beradu argumen secara terstruktur antara dua pihak (individu atau tim atau kelompok) yang berlawanan dengan cara mempertahankan dan/atau menyerang dalil atau pendapat yang dikemukakan. Langkah dan aturan main debat bermacam-macam tergantung pada tempat dan peserta. Proses debat dipimpin dan pemenangnya ditentukan oleh wasit atau hakim. Debat merupakan aspek yang fundamental darimasyarakat demokratis. Oleh karena itu, metode inisnagat cocok dikembangkan dalam mata pelajaran PKn.
Tujuan dari strategi debat adalah melibatkan para siswa dalam berbagai aktivitas yang terkait dengan mata pelajaran. Debat mendorong peserta berpikir bukan hanya mengenaifakta darisuatu situasimelainkan implikasinya. Peserta didik pun didorong untuk berpikir secara kritis dan strategis tentang posisinya dan posisilawan. Dengan cara berkompetisimaka debat mendorong peserta untuk melibatkan diridan berkomitmen terhadap posisi.
Debat mendorong siswa untuk berupaya meneliti, mengembangkan kemampuan mendengarkan/menyimak, dan kemampuan berorasi, menciptakan kondisisiswa untuk berpikir secara kritis, dan memungkinkan guru dapat menilai kualitas belajar siswa. Debat juga dapat memberi peluang kepada teman-teman siswa untuk menilai keterlibatan. Oleh karena itu, metode debat sangat efektif bagi pembelajaran PKn terutama dalam mempersiapkan peserta didik hidup dalam masyarakat demokratis.
b.      Bermain peran (role playing)

Bermain peran atau role playing adalah metode pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk memerankan karakter dalam situasitertentu. Artinya, bahwa siswa harus memainkan satu peran tertentu sehingga yang bermain tersebut harus mampu berbuat (berbicara atau bertindak) sesuai dengan perannya. Misalnya, jika peran yang dimainkan adalah polisi, maka ia harus mampu berperan sebagai polisi. Bermain peran terjadi dalam situasi buatan (tiruan) atau simulasi.
Bermain peran memberikesempatan kepada siswa untuk bertindak dengan memerankan karakter dalam situasi hipotetis. Kesempatan ini bertujuan:
1.      Membina sikap, yakni membantu siswa untuk merasakan, menyadari, dan peka terhadap masalah sosial.
2.      Memahami nilai yang ada dilingkungan masyarakat yang beragam.
3.      Memberi pembelajaran yang menyenangkan karena banyak peran yang bervariasi sehingga menyegarkan situasi.
4.      Memberi kesempatan untuk menghayati peran tertentu dalam bentuk simulasi sebelum terlibat dalam situasi sebenarnya.
5.      Curah pendapat (brainstorming)
Metode curah pendapat atau brainstorming merupakan metode pembelajaran yang melibatkan kelompok besar atau kecil yang mendorong para siswa untuk memecahkan masalah tertentu. Aktivitas dalam curah pendapat terdiriatas dua tahap, yakni pertama adalah tahap identifikasi gagasan; dan kedua adalah tahap menilai gagasan.
Penerapan metode ini dimuali dengan mengajukan pertanyaan atau masalah atau dengan memperkenalkan tema. Kemudian, siswa memberikan respon atau jawaban atau gagasan/pendapat yang relevan. Selanjutnya, guru harus menerima jawaban siswa tanpa kritik atau tanggapan terhadap jawaban siswa. Mungkin pada awalnya, banyak siswa yang engggan berbicara dalam kelompok, tetapi dengan kegiatan curah pendapat diharapkan semua siswa mau berpartisipasi dalam menyampaikan pendapat. Dengan mengungkapkan gagasan dan mendengarkan apa yang dikemukakan oleh siswa lain, maka para siswa akan menyesuaikan pengetahuan dan pemahaman sebelumnya dengan menerima informasi baru. Dalam kegiatan curah pendapat, guru perlu mendorong siswa agar mendengarkan siswa lainnya yang sedang berbicara. Siswa seyogianya diingatkan agar mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang dikemukakan, mengingatkan pula kepada pembicara ketika suaranya tidak terdengar jelas.
Dalam menerapkan metode curah pendapat, ada dua prinsip yang perlu diperhatikan:
a.       Diutamakan bahwa agar diperoleh gagasan sebanyak mungkin pada tahap curah pendapat.
b.      Menunda pemberian kritik, atau tidak langsung menilai gagasan yang dikemukakan.
Adapun tujuan penggunaan metode curah pendapat dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.
1.      memfokuskan perhatian siswa pada suatu tema/topic.
2.      membangkitkan semangat siswa untuk berpendapat.
3.      melatih siswa mengekspresikan gagasan-gagasan baru menurut daya imajinasinya
4.      melatih daya kreativitas siswa.
5.      melatih siswa mau menerima dan menghargai perbedaan individu
6.      mendorong siswa berani mengambil resiko dalam berbagi pendapat dan bila pendapatnya salah
7.      menunjukkan kepada siswa bahwa pengetahuan dan kecakapan berbahasa memiliki kegunaan dan dapat diterima
Demikian tiga contoh uraian metode pembelajaran interaktif yang dapat diterapkan dalam mata pelajaran PKn di Madrasah Ibtidaiyah. Uraian untuk metode pembelajaran interaktif lainnya, dapat anda temukan pada buku-buku tentang metode pembelajaran atau pada modul khusus tentang metode pembelajaran.
3.      Pembelajaran tidak langsung

Beberapa strategi dan metode yang termasuk ke dalam jenis pembelajaran tidak langsung meliputi: pemecahan masalah, studi kasus, inkuri, diskusi reflektif, pembentukan konsep, dan pemetaan konsep. Secara umum, pembelajaran tidak langsung ini menggunakan pendekatan siswa aktif, bersifat dua arah, dan peran siswa lebih dominan. Metode pembelajaran tidak langsung sangat tepat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam belajar. Berikut adalah uraian beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran PKn di madrasah ibtidaiyah.
a. Pemecahan masalah
Ada dua jenis metode pemecahan masalah, ialah pemecahan masalah yang bersifat reflektif dan pemecahan masalah kreatif. Bagaimanapun jenis pemecahan masalah yang digunakan oleh kelas, pemecahan masalah memfokuskan pada upaya mengetahui persoalan dengan mempertimbangkan semua faktor kemungkinan untuk menemukan solusi. Karena semua gagasan awalnya diterima, pemecahan masalah memungkinkan dapat menemukan solusi terbaik bukan solusi yang paling mudah atau usulan solusi pertama.
Metode pemecahan masalah digunakan untuk membantu siswa berpikir tentang masalah tanpa menerapkan gagasan yang dimiliki sebelumnya. Merumuskan masalah yang dihadapi berbeda dengan akibat darimasalah untuk mencegah pendapat yang gegabah. Sebagai metode pembelajaran, pemecahan masalah merupakan bentuk seni berpikir yang paling murni. Dikelas, pemecahan masalah untuk membantu siswa memahami masalah etika yang dilematis, membantu merencanakan strategi masa depan.
b. Metode Inkuiri
 Metode pembelajaran inkuiri memberi kesempatan kepada siswa memperoleh pengalaman mengumpulkan informasi. Hal ini tentu memerlukan kemampuan berinteraksi yang intensif diantara peserta didik dengan guru, bidang studi, sumber belajar, dan lingkungan belajar. Secara aktif, siswa terlibat dalam proses belajar, seperti:
1.      bertindak secara antusias dan penuh perhatian;
2.      mengembangkan pertanyaan;
3.      menganalisis masalah kontroversial dan dilematis;  
4.      memeriksa dugaan awal dan informasi yang sudah diketahui sebelumnya;
5.       mengembangkan, mengungkapkan, dan menguji hipotesis; dan,
6.      menyimpulkan dan menghasilkan solusi.
Bertanya adalah inti dari belajar inkuiri. Siswa harus mengajukan pertanyaan yang relevan dan mengembangkan bagaimana cara menjawab dan menjelaskannya. Inkuiri menempatkan proses berpikir dalam interaksi antar sesama siswa dalam menganalisis persoalan, data, topik, konsep, bahan dan masalah. Teknik berpikir yang dapat diterapkan antara lain berpikir divergen, berpikir deduktif, dan berpikir induktif. Dalam melatih berpikir divergen, guru memfasilitasidan mendorong siswa agar menyadari bahwa suatu pertanyaan atau masalah dapat memiliki lebih dari satu jawaban dan/atau solusi yang benar dan baik.
c. Peta konsep

Peta konsep adalah bentuk khusus dari diagram jaring untuk mengeksplorasi pengetahuan dan mengumpulkan dan berbagi informasi. Peta konsep adalah strategiuntuk mengembangkan konsep yang terdiri atas sejumlah sel yang didalamnya ada konsep, pertanyaan yang terkait dengan sel konsep atau pertanyaan lain. Keterkaitan antar sel konsep dihubungkan oleh tanda panah yang diberi label. Label ini menjelaskan hubungan antar sel konsep. Tanda panah menunjukkan arah keterkaitan antar sel konsep dan bila dibaca dapat membentuk kalimat.  Peta konsep digunakan untuk:
1.      Mengembangkan pemahaman tentang batang tubuh ilmu pengetahuan.
2.      Mencari informasibaru dan keterkaitannya.
3.      Melihat pengetahuan terdahulu.
4.      Mengumpulkan pengetahuan dan informasi.
5.      Berbagi pengetahuan dan informasiyang diperoleh.
6.      Pilihan untuk memecahkan masalah.
4.      Pembelajaran melalui pengalaman (experiential learning)

Beberapa strategi dan metode yang termasuk ke dalam jenis pembelajarn melalui pengalaman meliputi: karya wisata, percobaan, simulasi, permainan, pengamatan lapangan, bermain peran, survey, dan sebagainya. Secara umum, pembelajaran melalui pengalaman ini menggunakan pendekatan siswa aktif, bersifat interaksi multiarah, dan peran siswa lebih dominan.
Metode pembelajaran melalui pengalaman sangat tepat digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam belajar. Berikut adalah uraian salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran PKn di madrasah ibtidaiyah, yakni simulasi.
Simulasi adalah bentuk belajar melalui pengalaman atau belajar dengan mengalami. Sebagai metode pembelajaran, simulasi memerlukan skenario apa yang akan diperankan oleh siswa. Simulasi berarti pula pekerjaan tiruan atau meniru perilaku pekerjaan, profesi, atau kegiatan tertentu. Mereka dapat menjadi representasi dari sebuah realitas pada saat siswa berinteraksi dengan siswa lain. Guru harus memantau apa yang diperankan oleh siswa apakah mereka berperan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Misalnya, simulasi mengajar, simulasi melakukan pertolongan terhadap orang yang kena bencana alam, simulasi mengatasi kebakaran. Simulasi dapat pula sebagai model pembelajaran, yakni peniruan yang menuntut kemampuan tertentu.
Simulasi bertujuan meningkatkan penguasaan konsep melalui praktik pengalaman sehingga dapat membantu siswa memahami nuansa sebuah konsep atau lingkungan sekitar. Para siswa akan lebih menghayati arti kehidupan bila sering terlibat dalam simulasi. Oleh karena itu, para guru dianjurkan untuk menerapkan metode ini dalam kegiatan pembelajaran PKn.
Dalam melaksanakan simulasi diharapkan guru dapat menanamkan disiplin dan sikap hati-hati. Karena bila tidak disiplin maka keterampilan akan sulit dikuasai bahkan tujuan akan sulit dicapai. Demikian pula kebiasaan kerjasama dapat ditanamkan melalui simulasi terutama dalam simulasi pekerjaan yang perlu dilakukan secara bersama. Simulasi sebagai metode pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Sasaran, ialah siswa yang jumlahnya dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan apa yang akan disimulasikan. Bila kelas besar maka agar semua siswa daapt terlibat, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah per kelompok antara 5-10 orang siswa.
b.      Tema yang dipilih disesuaikan dengan tujuan yang akan disimulasikan. Apa target keterampilan simulasi, apakah keterampilan intelektual, afektif, perilaku sosial sesuai dengan praktik kehidupan nyata sehari-hari. Sejumlah alat yang akan digunakan dalam simulasi perlu dipersiapkan baik oleh guru maupun oleh siswa, seperti sarana dan prasarana ruangan untuk simulasi persidangan dipengadilan, ruangan dan peralatan mengajar untuk simulasi proses pembelajaran, dan sebagainya.
c.       Prosedur simulasi dapat diurutkan sebagai berikut:
1) guru menciptakan situasi atau membuat pemodelan jika diperlukan
2) mengadakan tanya jawab
3) guru membagi peran untuk tiap siswa
4) guru menyampaikan aturan main
5) siswa baik secara individual maupun kelompok bersiap-siap
6) siswa melakukan simulasidan guru mengamati aktivitas siswa

Untuk kelancaran pelaksanaan simulasi dan pencapaian tujuan pembelajaran, ada delapan keterampilan dasar mengajar yang perlu dikuasai oleh guru. Namun, dari delapan keterampilan tersebut ada empat keterampilan dasar mengajar yang utama, yakni keterampilan bertanya, menjelaskan, memberi penguatan, dan mengajar kelompok kecil sebagai berikut:
a.       Keterampilan bertanya

Keterampilan bertanya inidigunakan oleh guru terutama untuk memantapkan penguasaan konsep atau pemahaman siswa terhadap apa yang telah disimulasikan. Ada sejumlah teknik bertanya, seperti mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas terlebih dahulu, tidak menyebut nama sebelum pertanyaan diajukan.
b.      Keterampilan menjelaskan
Keterampilan menjelaskan ini penting dikuasai oleh guru ketika memperkenalkan apa simulasi, tema apa yang dipilih, aturan main. Penjelasan yang baik adalah penjelasan yang mudah dipahami oleh siswa, misalnya penjelasan yang disertai oleh uraian ilustrasi, contoh, pemodelan, bahkan memberitekanan terhadap hal-hal yang penting dikuasai. Kemampuan menjelaskan menjadi sangat penting karena bila salah menjelaskan maka tujuan simulasi tidak akan tercapai.
c.        Keterampilan memberipenguatan
Keterampilan member penguatan adalah memberipernyataan yang dapat mendorong atau memotivasiuntuk berulangnya sesuatu yang pernah dilakukan oleh siswa. Memberipenguatan yang langsung dapat dirasakan oleh siswa dalam konteks simulasiadalah memotivasidan membangkitkan minat siswa agar mau, antusias, dan bersemangat untuk bersimulasi.
d.      Keterampilan mengajar kelompok kecil
Ada simulasiyang dilakukan dalam kelompok kecil, terutama apabila kelas yang dihadapi guru adalah kelas besar. Kelas tersebut perlu dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Dalam kelompok kecil inilah, seorang guru perlu memahamidan mengelola kegiatan kelompok kecil. Semua siswa yang ada dikelompok kecil harus dapat terlayanidan mendapat bantuan dan perhatian yang adil

 III.            Penutup
Demikianlah makalah yang dapat penulis susun, penulis sadar tentunya dalam penulisan masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat, amin.





 IV.            Daftar pustaka

Sapriya. (2012) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI
Sapriya. (2005). Model Pembelajaran Partisipatif Berbasis Portofolio dalam Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar. Jurnal Sekolah Dasar: Kajian Teori dan Praktik Pendidikan. Tahun 14 Nomor 1, Mei 2005.


EmoticonEmoticon